Jakarta, Kompas -
Hal itu disampaikan Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Hanung Budya Yuktyanta dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (25/6), di Jakarta. Acara itu juga dihadiri Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan dan Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Hendi Prio Santoso.
Dalam periode 1-23 Juni 2012, realisasi penjualan Pertamax di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) naik 14 persen dibanding periode yang sama Mei tahun ini, dari 1,23 juta kiloliter menjadi 1,4 juta kiloliter.
Sementara realisasi penjualan Premium pada 1-23 Juni naik 0,7 persen dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya, dari 15,63 juta kiloliter menjadi 15,74 juta kiloliter.
Menurut Hanung, realisasi konsumsi BBM bersubsidi telah mencapai 17,9 juta kiloliter atau 8,3 persen di atas kuota APBN Perubahan 2012. Dengan rincian, realisasi konsumsi Premium 10,8 persen di atas kuota dan solar 8,3 persen di atas kuota APBN-P 2012. ”Kami memperkirakan kuota Premium akan habis pada 19 November mendatang,” ujarnya.
Hanung memaparkan beberapa penyebab terjadinya kelebihan kuota BBM dalam APBN-P 2012. Salah satunya, kuota APBN-P 2012 disusun dengan memperhitungkan adanya pengaturan BBM bersubsidi mulai 1 April 2012 dan ternyata rencana kebijakan itu batal dilaksanakan.
Penyebab lainnya, pertumbuhan realisasi konsumsi lima tahun terakhir untuk produk Premium 9,1 persen dan solar 7,5 persen per tahun serta penjualan mobil pada Januari-April tahun ini mencapai 338.000 unit.
”Harga minyak dunia yang terus meningkat menyebabkan disparitas harga yang tinggi antara BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi sehingga terjadi migrasi konsumen dari BBM nonsubsidi ke BBM bersubsidi,” kata Karen dalam paparannya.
Disparitas harga itu juga memicu kemungkinan adanya penimbunan BBM yang berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM secara signifikan.
Untuk meminimalkan kelebihan kuota BBM, pihaknya menambah SPBU yang menjual Pertamax. Dari 4.874 SPBU di seluruh Indonesia, terdapat 2.745 SPBU yang menjual Pertamax. Perseroan itu juga mengoperasikan 21 SPBU yang menjual solar nonsubsidi, antara lain di Kalimantan Timur.