Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SUPM Tegal, Lahirkan Nelayan Generasi Baru

Kompas.com - 18/06/2012, 08:01 WIB

Luki Aulia

Memberi makan ikan dan mengganti air akuarium menjadi tugas rutin Ardika, siswa kelas X Program Keahlian Budidaya Perikanan Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal. Di laboratorium basah, ia dilatih melakukan pembibitan dan pembesaran ikan air tawar, payau, dan laut. Saat panen, hasilnya didistribusikan ke rumah makan, pasar swalayan, serta hotel di Tegal dan sekitarnya.

Merawat ikan bukan pekerjaan mudah, kata siswa asal Bumiayu, Jawa Tengah, itu. Sedikit saja salah, seperti lupa mengganti air akuarium, bisa fatal, terutama ikan koki yang mudah terkena parasit.

Menurut Agung Widodo, penanggung jawab instalasi laboratorium basah, perawatan ikan air tawar sulit karena jenis air di wilayah Tegal pada umumnya payau karena dekat laut. Akibatnya, merawat ikan air tawar, seperti lele, patin, bawal, gurami, dan nila, agak rumit. ”Siswa tetap harus bisa melakukan. Untuk air, sudah ada alat penyaring yang kami buat sendiri. Pakan ikan juga dibuat siswa,” ujarnya.

Dalam dua bulan, dari hasil pembibitan dan pembesaran ikan di kolam dan tangki plastik berukuran besar, misalnya lele, bisa diperoleh 2-4 kuintal. Saat ini, selain kepiting soka, ikan bandeng termasuk jenis ikan laku di pasaran. Menurut Agung, distribusi kepiting soka sampai ke DKI Jakarta. ”Kami juga menjual benih ikan patin dan bandeng,” katanya.

Siswa mengolah ikan menjadi bakso, otak-otak, dan siomay. Ini bagian dari pendidikan kewirausahaan. Harapannya, lulusan sekolah bisa membuka usaha sendiri atau mengembangkan usaha orangtua.

”Sekitar 40 persen dari 495 siswa berasal dari keluarga tidak mampu, seperti nelayan, petambak, dan petani. Kami berharap, setelah lulus, mereka bisa berwirausaha,” kata Kepala Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM-N) Tegal Suharyanto.

Nelayan generasi baru diharapkan mampu menguasai teknologi, melakukan penangkapan ikan secara ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan. ”Siswa diajari selektif memilih ikan yang ditangkap dan menggunakan alat tangkap. Siswa diingatkan tidak sembarang menangkap ikan agar hasil lebih optimal,” kata Suharyanto.

Luar negeri

Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja menuturkan, pendidikan di SUPM yang di bawah tanggung jawab Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini berorientasi membentuk lulusan yang terampil, kompeten, dan profesional di bidang perikanan. Ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi agar lulusan dapat memenuhi kebutuhan kerja di industri atau mengembangkan wirausaha. ”Banyak lulusan kami bekerja di perusahaan perikanan luar negeri, seperti Jepang, Taiwan, Korea, Spanyol, dan Australia,” ujarnya.

Setiap tahun, kata Suharyanto, paling tidak ada 60-70 lulusan program keahlian nautika perikanan laut dan teknika perikanan laut dikirim untuk praktik lapangan dan bekerja di Jepang. Dalam dua tahun, siswa atau lulusan bisa membawa pulang uang Rp 150 juta-200 juta. Hampir 70 persen lulusan terserap ke industri. Kebutuhan industri setiap tahun bertambah dan permintaan akan lulusan selalu naik. Setiap tahun sekolah ini hanya menerima 165-200 siswa. ”Sekolah ini gratis dan sistemnya asrama,” kata Suharyanto.

Hampir 70 persen posisi operator perikanan dan anak buah kapal di Jepang dan Korea diisi orang Indonesia. Di sisi lain, sekolah bidang kelautan dan perikanan Indonesia hanya 167 sekolah, sembilan di antaranya dikelola KKP, termasuk Tegal. Sisanya di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, Sjarief berencana menambah daya tampung sekolah ini menjadi 700 siswa.

Meski banyak tawaran ke luar negeri, siswa disiapkan untuk mengisi kebutuhan dalam negeri. Pengiriman lulusan untuk bekerja ke luar negeri hanya strategi mendapatkan pengalaman dan kesempatan magang. Setelah kembali, siswa diharapkan menjadi nelayan generasi baru yang mengenal teknologi dan budaya kerja di kapal asing.

Sayangnya, kata Sjarief, banyak lulusan kembali dari bekerja di luar negeri tidak menggeluti bidang perikanan. Banyak yang memilih bidang usaha lain atau bekerja di industri lain. Pihaknya kini mengumpulkan para lulusan yang pulang dari luar negeri. ”Kami akan buka tempat pelatihan pascapraktik kerja dari luar negeri,” ujarnya.

Tertua

SUPM-N Tegal yang didirikan tahun 1962 oleh Departemen Pertanian merupakan sekolah tertua dari sembilan SUPM-N di Indonesia. Sekolah lain ada di Aceh, Lampung, Bone, Pontianak, Kupang, Ambon, Pariaman, dan Sorong.

SUPM-N Tegal kini memiliki empat program keahlian, yakni nautika perikanan laut, teknika perikanan laut, teknologi budidaya perikanan, dan teknologi pengolahan hasil perikanan.

Pada awalnya, tujuan sekolah untuk menghasilkan tenaga teknis perikanan untuk mengatasi kebutuhan pegawai perikanan di instansi pemerintah. Tahun 1970-1984 ketika pengembangan perikanan laut diarahkan ke perikanan industri, mayoritas lulusan direkrut menjadi tenaga teknisi dek dan mesin kapal pada kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan Indonesia timur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com