Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Karet Makin Merosot

Kompas.com - 11/06/2012, 04:41 WIB

BANJARMASIN, KOMPAS - Harga jual karet segar dengan masa panen sekitar satu minggu di tingkat petani di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, terus merosot dalam sebulan terakhir. Jika dua pekan lalu Rp 8.000-Rp 10.000 sesuai kualitas, kini hanya Rp 6.000-Rp 8.500 per kilogram.

”Sebelumnya harga karet masih Rp 9.000-Rp 13.000 per kilogram. Sejak sebulan lalu harganya terus merosot secara bertahap. Saat ini karet kondisi kotor hanya Rp 6.000 per kilogram dan yang bagus Rp 8.000,” ujar Andreas Buje, petani Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Minggu (10/6).

Akibat kondisi ini, lanjut Andreas, sebagian petani enggan beraktivitas ke ladang guna menyadap karet. Mereka lebih memilih menggeluti pekerjaan lain, seperti mengolah di sawah yang dianggap lebih menghasilkan.

Hanya petani yang ekonominya mapan memilih menahan diri. Mereka menyimpan karetnya hingga dua-tiga bulan ke depan, sembari menunggu harga membaik. Karet dengan masa penyimpanan lebih dari dua bulan akan meningkat kualitasnya, persentase kandungan air susut di bawah 10 persen.

”Petani yang tidak punya tempat penyimpanan dan butuh uang akan menjual berapa pun harganya,” tutur Andreas.

Petani menduga anjloknya harga ini dipengaruhi beberapa hal, yakni pasokan yang makin melimpah akibat cuaca terik dan permainan harga di tingkat pedagang.

Di Tabalong, setiap warga memiliki lahan seluas 1 hektar dengan jumlah pohon 500-700 batang. Saat kemarau, mereka bisa menyadap 100 kilogram dalam sepakan. Jika musim hujan, hanya bisa disadap 48-50 kilogram per pekan.

Kosim, petani karet yang juga Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menduga anjloknya harga dipicu sulitnya bahan bakar. Di HST, harga karet masih bertahan sekitar Rp 10.000 per kilogram atau turun Rp 2.500 dari tiga pekan lalu yang masih bertengger pada Rp 12.500.

”Akibat bahan bakar sulit, akhirnya pabrik dan pengumpul mengurangi volume pembelian. Mereka pun berani membeli karet dengan harga rendah,” ujarnya. Saat ini, luas karet di Kalsel mencapai 220.000 hektar dengan produksi sekitar 103.000 ton.

Sementara itu, harga cengkeh di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, juga belum pulih meskipun tanaman itu sudah mulai memasuki musim panen pada pertengahan Juni 2012. Dampak anomali iklim tahun 2011 ikut menurunkan produktivitas cengkeh 30-40 persen. Kondisi tersebut belum membaik hingga saat sekarang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com