Kendal, Kompas -
Petani cengkeh di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pageruyung, Sulastri, Rabu (6/6), menuturkan, bunga cengkeh mulai mekar sehingga petani mulai panen. Setiap hari pohonnya bisa menghasilkan bunga cengkeh basah 8-10 kilogram (kg).
”Tanaman cengkeh terawat setelah harga panenan tahun lalu tinggi. Petani sangat berharap di awal panen harga cengkeh basah tak di bawah Rp 20.000 per kg,” kata Sulastri.
Sulastri memiliki hingga 40 pohon cengkeh. Dengan panen yang mulai di awal musim kemarau, ia menyimpan cengkehnya. Meski belum sampai 1 ton, cengkeh itu akan dijual setelah kering jemur.
Petani lain di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, Sutrisno, menambahkan, cengkeh menjadi komoditas unggulan bagi petani di daerah Pegunungan Perahu di selatan wilayah Kendal. Selain cengkeh, tanaman kopi, tembakau, dan jambu biji merah juga banyak dikembangkan.
Khusus cengkeh, petani saat ini optimistis harganya akan naik. Harga cengkeh kering di tingkat pedagang memang masih rendah, sekitar Rp 83.000 per kg.
”Pada panenan tahun 2011 cengkeh kering di tingkat petani bisa mencapai Rp 150.000 per kg. Semoga harga cengkeh bila panen raya di akhir Juli nanti bisa di atas Rp 100.000 per kg,” kata Sutrisno.
Sejumlah petani mengemukakan, kenaikan harga cengkeh kemungkinan karena tidak banyak petani yang memiliki pohon yang siap panen. Pada 2009 banyak petani menebang pohon cengkehnya karena harga komoditas itu merosot. Kebun cengkeh diganti dengan tanaman jambu biji. Hasil cengkeh dari Kendal masih untuk kebutuhan dalam negeri.
Kepala Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Suharno mengatakan, nilai ekspor minyak kelapa sawit pada Maret mencapai 221 juta dollar AS. Namun, pada April nilainya menjadi 182 juta dollar AS saja.