Jakarta, Kompas -
Fasilitas itu dioperasikan Balai Termodinamika Motor dan Propulsi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Menurut Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar, fasilitas tersebut dilengkapi teknologi dari Austria. Dengan fasilitas itu, produk otomotif yang diuji dapat diekspor.
”Kebijakan nasional adalah pengembangan industri mobil dengan jenis kendaraan angkutan umum murah, kapasitas silinder mesin di bawah 1.000 cc (sentimeter kubik),” kata Marzan.
Prototipe dan desain kendaraan angkutan umum murah berkapasitas di bawah 1.000 cc, menurut Marzan, dijadwalkan selesai akhir tahun ini. Selanjutnya, produksi diserahkan kepada industri otomotif nasional.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material Unggul Priyanto mengatakan, arah strategi pengembangan otomotif nasional belum disinergikan dengan ketersediaan energi terbarukan. Hal itu misalnya sawit di Indonesia sebagian besar diekspor dan tidak ditujukan untuk membangun ketahanan energi nasional.
”Strategi bidang otomotif nasional semestinya diarahkan pada pemanfaatan biodiesel dari sawit yang banyak diproduksi di Indonesia,” kata Unggul.
Ia mengatakan, pembangunan sistem ketahanan energi masih lemah, misalnya eksploitasi batubara 300 juta ton per tahun lebih banyak diekspor.
”Konsumsi batubara secara nasional hanya 70 juta ton per tahun. Semestinya batubara dihemat untuk keperluan jangka panjang sehingga izin tambang batubara dimoratorium,” kata Unggul.