Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yayat: Masalah Jakarta Sangat Kusut!

Kompas.com - 02/05/2012, 19:21 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai masalah kota Jakarta sudah sangat kusut. Penyelesaiannya tidak hanya membutuhkan solusi teknis ataupun pemimpin yang berkompeten. Ada masalah non teknis dan dukungan komunitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.

"Ini tidak hanya soal solusi teknis. Ini juga mencakup persoalan nonteknis, soal peradaban urban warga Jakarta," papar Yayat Supriatna dalam seminar tentang Manajemen Pemerintahan Kota yang diadakan di Kampus Pascasarjana Mercu Buana, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/5/2012).

Yayat menjelaskan, penyelesaian masalah seperti banjir, kemacetan, air bersih, lingkungan, dan lainnya sudah memiliki banyak kajian teknis. Para pemimpin Jakarta juga sudah banyak melahirkan solusi-solusi yang siap diimplementasikan. Namun, banyak hal nonteknis terkait budaya warga kota yang perlu diperhitungkan sebagai pemecahan masalah.

Yayat mencontohkan, budaya pengendara sepeda motor yang jauh dari mengindahkan tertib berlalu lintas, kebiasaan penumpang angkutan umum menghentikan kendaraan di perempatan jalan, dan kebiasaan pengguna mobil untuk memarkir mobil di sembarang tempat.

"Ini sudah menjadi budaya urban warga Jakarta yang sangat berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas. Jadi, solusinya bukan hanya hal teknis seperti menambah jumlah sarana transportasi massal," kata Yayat.

Masalah lain di Jakarta, imbuh Yayat, adalah minimnya rencana perkotaan yang berjalan sejak awal. Akibatnya, Jakarta seakan-akan bertumbuh sebagai kota dengan sendirinya. Pihak pemerintah bersumbangsih dalam ketidakteraturan kota.

"Terlalu banyak peruntukan RT/RW yang berubah tak terkendali. Akhirnya, kita pantas bertanya dinamika pembangunan Jakarta sebenarnya pro publik atau pro market (kekuatan ekonomi)," timpal Yayat menjawabi pertanyaan peserta seminar.

Ia mencontohkan kawasan Casablanca yang sebenarnya diperuntukan sebagai wilayah industri atau kawasan selatan yang diperuntukkan sebagai wilayah reservasi. Sayangnya, saat ini peruntukan tersebut sudah mengalami perubahan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com