Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Batang Kayu Sitaan di Jambi Hilang

Kompas.com - 25/04/2012, 03:04 WIB

Jambi, Kompas - Ribuan batang kayu bulat dan olahan hasil sitaan Dinas Kehutanan Kabupaten Batanghari di kawasan Hutan Harapan, Kabupaten Batanghari, Jambi, hilang sejak lima hari lalu.

Pembalak liar diduga mengangkat kayu-kayu itu melalui sungai setelah terbawa arus ke hilir. Hilangnya kayu-kayu ini membuat kerugian negara minimal Rp 500 juta.

Surya Kusuma dari Humas PT Restorasi Ekosistem (Reki) selaku pengelola Hutan Harapan mengatakan, kayu-kayu yang hilang itu adalah temuan pihaknya, serta sitaan Dishut Batanghari.

Menurut dia, hujan turun dalam sepekan terakhir mengakibatkan air Sungai Jerat naik. Sebagian kayu sitaan terdorong ke hilir, dan diperkirakan langsung diangkut pembalak ke wilayah Bayunglencir, Kabupaten Musi Banyuasin, yang merupakan lokasi industri pengolahan kayu.

”Mereka (para pembalak) menunggu air sungai naik, agar kayu terbawa ke hilir,” ujar Surya, Selasa (24/4), di Kota Jambi.

Seperti diketahui, petugas patroli kehutanan menemukan sekitar 1.200 batang kayu olahan berjenis meranti, mersawa, dan petaling yang tertahan dalam Sungai Jerat. Selain itu, lebih dari 700 kayu bulat berdiameter hampir 1 meter dalam anak sungai, dan ratusan kayu olahan lainnya di tepi sungai (Kompas 11/4).

Menurut Surya, semua kayu tersebut rencananya akan diangkut ke lokasi yang aman untuk dilelang. PT Reki dan Dishut bersepakat biaya pengangkutan ditalangi PT Reki. Pemerintah akan melunasi setelah kayu dilelang.

Namun, pengangkutan kayu belum sempat dilakukan karena belum ada tindak lanjut dari pihak Dishut. Terlebih lagi, tekanan dari kelompok perambah dan pembalak di sekitar hutan meningkat pasca-penyitaan kayu-kayu itu sehingga PT Reki pun menahan diri untuk mengangkat kayu-kayu tersebut dari sungai.

Sekitar 200 orang yang mengaku aktivis Serikat Petani Indonesia (SPI) mendatangi kamp Reki, pekan lalu. Mereka memaksa petugas keamanan PT Reki mundur dari lokasi di sekitar Sungai Jerat dan menghentikan aktivitas patroli dalam hutan. Atas kondisi itu, lanjut Surya, pengamanan di Sungai Jerat terpaksa dialihkan ke sekitar kamp Reki.

Ketua SPI Provinsi Jambi Sarwadi menyatakan, pihaknya tidak terkait dengan hilangnya kayu dari Sungai jerat. Keberadaan petani yang disebut-sebut merambah dalam kawasan Hutan Harapan, lanjut dia, hanya untuk kepentingan menggarap lahan. Sebagian petani sudah di situ sejak tahun 2004. ”Kami juga tak tahu-menahu mengenai pelaku penghilangan kayu-kayu tersebut,” kata Sarwadi.

”Kami tidak melakukan pembalakan kayu. Kami hanya menggarap lahan. Memang ada kayu yang ditebangi, tapi tidak untuk dijual. Kayu yang ada sekadar untuk bangun pondok,” ujarnya.

Tanggung jawab pengelola

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Hasviah menyalahkan PT Reki yang lemah dalam menjaga keamanan hutan. Menurut dia, pengelola harus bertanggung jawab atas kerusakan hutan serta kerugian negara yang timbul dari maraknya pembalakan. ”Pengawasan hutan menjadi tanggung jawab perusahaan. Ketika diberi izin Menteri Kehutanan, mereka harus bertanggung jawab menjaganya,” ujar Hasviah.

Dia melanjutkan, pihaknya sudah mengirim surat kepada pihak Reki untuk segera mengangkat kayu dari dalam Sungai Jerat ke lokasi aman. ”Semestinya kayu-kayu itu sudah diangkut dari sungai. Kehilangan mengakibatkan kerugian negara,” lanjutnya.

Saat ini, harga kayu meranti olahan di pasaran sekitar Rp 2 juta per meter kubik, sedangkan kayu petaling berharga dua hingga tiga kali lipat dari meranti. Hilangnya kayu-kayu sitaan menimbulkan kerugian negara minimal Rp 500 juta. (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com