Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Kukuhkan Tiga Profesor Riset

Kompas.com - 18/04/2012, 14:05 WIB

Kompas.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menambah jumlah profesornya dengan mengukuhkan tiga profesor riset, yaitu Baharuddin Tappa, Sulaeman Yusuf dan Husein Avicenna Akil di Gedung Widya Graha LIPI, Jalan Jenderal Gatot Subroto Jakarta, Rabu (18/4).

Tiga orang tersebut mendapat gelar profesor riset masing-masing di bidang bioteknologi (Baharuddin Tappa), bidang teknik bahan (Sulaeman Yusuf) dan bidang teknik interdisiplin (Husein Avicenna Akil).
    
 "Para profesor baru ini sudah mengabdikan diri pada penelitian selama puluhan tahun di LIPI dan berkontribusi besar pada perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia sehingga layak diberi gelar akademis tertinggi," kata Ketua LIPI Lukman Hakim dalam sambutan sesaat setelah pengukuhan.
     
Lukman memberi selamat pada Baharuddin, Sulaeman, dan Husein sambil mengingatkan bahwa ilmu yang mereka bertiga punya harus diturunkan pada peniliti muda.

"Secara nasional, sekarang Indonesia sudah mempunyai 373 profesor dengan 97 di antaranya berasal dari LIPI. Dengan banyaknya profesor dari LIPI, kontribusi lembaga ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia harus ditingkatkan," kata Lukman.
     
Lukman menekankan bahwa untuk meningkatkan kontribusi tersebut, ilmuwan LIPI harus memilih topik penelitian yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
     
Topik penelitian Baharuddin Tappa, selama berkarir di LIPI sejak 1982, berkisar pada bagaimana meningkatkan mutu genetik dan populasi ternak sapi di Indonesia.
     
Dalam pidato pengukuhannya, Baharuddin mengatakan bahwa mutu genetik sapi ternak di negara ini terus berkurang sehingga menyebabkan kurangnya asupan protein yang dikonsumsi masyarakat.
     
"Populasi sapi di Indonesia hanya bisa memenuhi 70 persen kebutuhan daging nasional, sisanya harus kita impor. Untuk memenuhi target pemerintah untuk swasembada daging pada 2014, kita harus meningkatkan populasi sapi kita," kata Baharuddin.
     
Untuk meningkatkan mutu genetik dan pupulasi sapi tersebut, Baharuddin mengembangkan teknik inseminasi buatan, transfer embrio, dan ’sexing’ sperma.
     
Sementara itu Sulaeman Yusuf, yang memulai karir di LIPI pada 1985, mengembangkan teknologi pengendalian rayap ramah lingkungan.
     
Dalam orasi pengukuhan, dia mengatakan bahwa rayap yang memakan kayu pada rumah sudah merugikan dunia sebanyak 22 miliar dolar AS pada tahun 2000. Sementara untuk Indonesia, setiap tahun negara ini dirugikan 250 miliar rupiah oleh rayap.
     
"Pemerintah harus turut bertanggung jawab dengan memperketat penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin tersebut hanya boleh terbit ketika dilengkapi dengan sertifikat penggunaan bahan antirayap," kata Sulaeman.
     
Sulaeman mengembangkan teknologi pengendalian rayap dengan metode pengumpanan yang ramah lingkungan dan hanya mematikan serangga yang menjadi sasaran tanpa membunuh binatang yang lain.
     
Profesor yang ketiga, Husein Avicenna Akil di sisi lain mengembangkan pengukuran (massa dan volume) berbasis akustik (suara). Metode pengukuran ini menurut Akil disamping akurat juga lebih ekonomis.
     
"Metode pengukuran yang akurat sangat kita butuhkan untuk meningkatkan rasa saling percaya dalam setiap transaksi perdagangan, jika kepercayaan sudah terbangun, maka volume transaksi perdagangan akan meningkat dan akhirnya ekonomi Indonesia bergerak," kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com