Palangkaraya, Kompas -
Sinda (35), pedagang di Pasar Bawah, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (3/4), mengatakan, harga cabai rawit di kota itu mencapai Rp 48.000 per kilogram, padahal saat normal Rp 25.000-Rp 30.000 per kilogram. ”Harga mulai naik sejak 1,5 bulan lalu,” katanya.
Kondisi serupa terjadi di Kota Malang, Jawa Timur. Di sana, harga cabai rawit mencapai Rp 37.000 per kilogram. Ny Hari, pemilik dan pengelola warung makan di kawasan Kecamatan Klojen, menjelaskan, bulan lalu harga cabai masih Rp 30.000-Rp 32.000 per kilogram.
”Masakan saya sangat memerlukan cabai kecil. Saya belanja cabai bukan sekadar bumbu. Karena pembeli saya sangat memerlukan sambal, sehingga saya belanja cabai hingga 2-3 kg sehari. Padahal, sambal tidak bisa saya jual tersendiri, harus diberikan tanpa harga kepada pembeli sebagai bumbu penyedap. Bulan-bulan sebelumnya harga cabai malah hanya Rp 25.000-Rp 27.000 per kilogram,” katanya.
Di Banyuwangi, cabai rawit bertahan pada harga Rp 17.500 per kg, padahal pekan lalu Rp 15.000 per kg. Kenaikan harga itu menurut sejumlah pedagang sayur di Pasar Blambangan, Banyuwangi, dipicu minimnya jumlah panen. Di daerah penghasil cabai dan tomat seperti Kecamatan Wongsorejo, Genteng, Srono, dan sekitarnya masih belum panen.
”Biasanya setiap pagi bisa datang 2 pikap tomat atau cabai dari daerah itu ke pasar, tetapi sekarang ini berkurang, kadang satu pikap saja,” kata Saiful (34), pedagang di pasar Blambangan, Banyuwangi.
Sarbini (47), pengepul sayur di Kecamatan Wongsorejo, mengakui tidak kurang dari 1 ton cabai dikirim setiap minggu ke pasar Keputren, Surabaya. Ongkos angkutan naik Rp 100.000 hingga Rp 200.000 dalam sekali kirim jika terjadi hujan.(NIT/BAY/ODY)