AMBON, KOMPAS
Meskipun demikian, sebagian feri di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk rute jarak pendek Kupang-Rote Ndao, NTT, mulai beroperasi. Akan tetapi, feri rute jauh ke Kalabahi (Alor), Larantuka, Sabu Raijua, Ende, Waingapu, dan Aimere belum beroperasi.
Puluhan calon penumpang kapal tujuan Pulau Buru, Maluku, kemarin telantar di Pelabuhan Slamet Riyadi sejak pekan lalu karena kapal dilarang berlayar akibat cuaca ekstrem. Akibatnya, sejumlah anak buah kapal kehabisan uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kepala Seksi Kesyahbandaran Administrator Pelabuhan Kelas I Ambon Johan Siahaya mengatakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di perairan Maluku.
”Peringatan dini ini baru saja diperpanjang hingga tanggal 22 Maret. Larangan hanya berlaku bagi kapal-kapal penumpang dan barang berukuran kecil berbobot di bawah 500 gros ton (GT). dari delapan kapal PT Pelni yang melintas di Maluku, hanya dua kapal beroperasi khusus di Maluku. Sisanya berlayar sampai ke kawasan barat Indonesia.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMGK Kupang Syaeful Hadi mengatakan, tinggi gelombang di perairan NTT masih membahayakan, antara 2 meter dan 3,5 meter, dengan kecepatan angin 35 kilometer per jam.
Sementara itu, di Sumatera Barat, kerusakan infrastruktur akibat cuaca buruk hanya terjadi di Dusun Pasapuat, Saumanganya di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Direktur Yayasan Citra Mandiri Mentawai Roberta Sarogdok, kemarin, mengatakan bahwa kerusakan infrastruktur dermaga pelabuhan relatif hanya terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.