Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari 25 Penyu Sisik yang Ditangkarkan, 15 Selamat

Kompas.com - 16/03/2012, 21:15 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com — Kegiatan penangkaran atau pendewasaan penyu sisik (Eretmochelys imbricata), ternyata tidak mudah dilakukan. Hewan yang dilindungi itu sangat sensitif terhadap pakan ikan yang mengandung formalin.

"Penyu ini hanya bisa diberi makan ikan-ikan segar. Pernah suatu ketika karena tengah terang bulan, saya tidak dapat ikan segar, terpaksa beli ikan yang dibekukan. Tidak tahunya, sebagian penyu mulai sakit dan mati," tutur Herman Nasir, Ketua Kelompok Nelayan Bahari Panjang, Lampung, Jumat (16/3/2012).

Nasir adalah perawat penyu-penyu yang telah dilepasliarkan di Pulau Tegal.

Dari 25 ekor tukik penyu sisik yang diselamatkannya saat terdampar di Pantai Panjang, Mei tahun lalu, hanya 15 ekor yang hidup dan tumbuh besar. Dari awalnya hanya berukuran  2 sentimeter, saat dilepas-liarkan hari ini, penyu ini telah berukuran cukup besar yaitu diameter 25-30 sentimeter.

Pada saat pelepasliaran pada Jumat siang di Pantai Pulau Tegal, sebagian penyu ini terlihat gagap, belum bisa berenang dengan baik, sebagian bahkan lemas dan mengambang di air. Namun setelah beberapa saat kemudian, penyu-penyu ini seluruhnya berenang menuju ke perairan dalam dan menghilang satu persatu.

Kondisi itu bisa dimaklumi, mengingat selama masa penangkaran atau pemeliharaan, penyu-penyu ini dirawat seadanya. Tempat penangkarannya pun hanya berupa bak mandi ukuran 2  x 1,5  x 1 meter di bekas WC di rumah milik Herman yang sangat sederhana.

Bahkan, ia mengaku, seluruh biaya pakan dan perawatan penyu ini diambil dari koceknya sendiri dan anggota kelompok. "Kalau dipikir-pikir cukup berat. Biaya bisa Rp 30.000 per hari. Tapi ya namanya demi kerja sosial," ujar Herman, yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Pihaknya pernah melaporkan penemuan tukik-tukik terdampar itu ke pihak terkait, salah satunya Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, dan mengusulkan adanya program kerja sama penangkaran penyu itu. Namun itu ditanggapi dingin, dana pun tidak turun.

"Padahal, semestinya, itu  menjadi tugas dari BKSDA," ujar Supriyanto, aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com