YOGYAKARTA, KOMPAS -
Meski tanpa dipupuk atau disiangi, tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh subur dan berbuah lebat. Bulan ini, tanaman jagung dan kacang tanah seluas 5 hektar telah siap dipanen.
”Sebelum kami tanami tiga bulan lalu, warga secara swadaya melakukan pemulihan lahan dengan mengeruk pasir dan batu di atas hamparan tanah. Ini untuk memunculkan lagi tanah yang sebelumnya tertutup material vulkanik setinggi 5 hingga 6 meter,” kata Heri, salah seorang petani, Rabu (8/2).
Menurut Heri, saat ini pemerintah belum memberikan izin secara resmi soal pemulihan lahan. Padahal masyarakat membutuhkan lahan pertanian untuk menyambung hidup.
Di Desa Kepuharjo terdapat total sekitar 200 hektar lahan yang tertutup material vulkanik Merapi. Dari jumlah tersebut, baru 17 hektar yang berhasil dipulihkan dan dapat ditanami.
”Waktu kami mengusulkan adanya pemulihan lahan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sleman, mereka justru beralasan kalau land clearing itu mahal karena harus menyewa eskavator. Karena pemerintah lambat, maka setelah erupsi Merapi kami melakukan pemulihan lahan sendiri,” kata Heri.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan mengungkapkan, pemulihan lahan pertanian di kawasan lereng Merapi membutuhkan waktu lama. Pasalnya, aliran lahar dingin dari puncak Merapi masih terus terjadi.
”Pemulihan lahan tidak bisa dilakukan sepenggal-sepenggal, butuh sistem mulai dari bagian lereng Merapi, atas, hingga ke bawah. Saat lahan pertanian di bagian bawah dinormalisasi, nanti pasti aliran lahar dingin akan menimbun lagi,” ucapnya.
Sementara itu, di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Cangkringan, sebanyak 92 unit hunian tetap bagi korban erupsi Merapi telah selesai dibangun dan siap dihuni. Bangunan ini merupakan kompleks hunian tetap pertama yang diperuntukkan bagi para korban erupsi Merapi dengan kondisi paling memprihatinkan.
Hunian tetap (huntap) di Dusun Cancangan ini berdiri di atas lahan seluas 7.450 meter persegi. Kompleks hunian yang diberi nama Qtel Village ini merupakan bantuan dari pihak swasta, Qatar Telecom.
Bupati Sleman Sri Purnomo menyatakan, pembangunan seluruh huntap di Sleman ditargetkan selesai tahun 2012 ini. ”Total huntap yang akan dibangun sebanyak 3.023 unit dan membutuhkan lahan seluas 36,828 hektar,” ujarnya.