Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kian Mahal Kian Disukai

Kompas.com - 06/02/2012, 09:08 WIB
Abun Sanda

Penulis

KOMPAS.com - Ray Syahrudin (39), eksekutif properti di DKI Jakarta, tertawa saat direktur utama tempat ia bekerja menetapkan harga rumah Rp 2 miliar per unit. Lokasi rumah di sebuah kelurahan di Jakarta Selatan. Menurut sang direktur utama, dengan harga itu, perusahaan sudah akan meraih laba bersih Rp 930 juta per unit. Di lokasi itu, mereka akan bangun 210 unit rumah kelas menengah ke atas.

Sang direktur utama (dirut) ikut tertawa lalu berkata, ”Mengapa ketawa? Dikau tidak setuju?” Raut sang dirut tidak menunjukkan aura marah. Ia seorang dirut yang ”demokratis” dan akrab dengan bawahannya.

Ray, direktur marketing perusahaan real estat itu, menyatakan, kawasan ini cukup elite. Kok, melepas rumah bagus hanya Rp 2 miliar. Ia khawatir, dengan harga sebesar itu, perumahan tersebut malah tidak dilirik konsumen. ”Jual saja Rp 3,3 miliar per unit. Tetapi, kita tambah beberapa ornamen, interior lebih baik, taman yang wah, dan kolam ikan lengkap dengan ikan koinya. Seluruhnya menelan biaya Rp 300 juta. Perusahaan akan meraih tambahan laba bersih Rp 1 miliar per unit.” Ray menerangkan strategi untuk meraih pembeli. Atasan setuju. Pengerjaan tambahan tersebut langsung dikebut.

Maka, soft launching perumahan itu digelar. Ada pesta, kembang api, ada show pesulap dan suvenir senilai Rp 1 juta. Sebagai direktur pemasaran, Ray sangat tahu selera konsumen Ibu Kota dan sekitarnya. Ia ingin memberi kesan wah untuk launching perumahan itu. Pembeli berdatangan.

Delapan belas rumah langsung terjual. Ada kesan, 90 persen konsumen membeli karena harganya mahal. ”Saya, sih, tidak gombal, wong memang kualitas produknya keren, kok. Mengapa mesti jual murah? Buktinya, 18 orang langsung membeli dengan memberi tanda jadi Rp 100 juta. Bukankah asyik?”

Perangai konsumen Ibu Kota memang ”menyenangkan” produsen. Sejumlah usahawan bertutur kepada Kompas, konsumen di Ibu Kota mudah tertarik barang luks. Ketika mobil-mobil super luks dilepas 20 unit, dengan segera dibeli orang-orang kaya Jakarta. Ketika 200 arloji dari beberapa merek tertentu dijual dengan harga di atas Rp 300 juta, barang tersebut langsung habis terjual dalam sepekan.

Tidak ada yang bisa menggugat gaya hidup ”orang kaya” Jakarta itu. Sepanjang uangnya diperoleh dengan legal dan halal, hak dia untuk menggunakan uangnya. Kita tentu protes kalau uang dari hasil korupsi dipakai untuk bergaya hidup seperti raja-raja minyak. Mereka tidak berhak hidup mewah dengan uang rakyat. Mereka pun tidak layak hidup super luks kalau uangnya diperoleh dari hasil menipu atau tidak membayar pajak dengan baik. (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com