Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhut Sedih Lampung Bergejolak

Kompas.com - 26/01/2012, 20:51 WIB
Hamzirwan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Pembakaran 65 rumah warga Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Lampung, sungguh memprihatinkan. Insiden yang bermula dari perkelahian dua remaja di lahan parkir Pasar Sidomulyo, Minggu (22/1/2012), merusak kedamaian masyarakat Lampung yang sudah berlangsung lama.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, yang juga putera daerah Lampung Selatan, mencurahkan kegelisahan hatinya dalam kunjungan ke Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Kamis siang tadi. Dia pun bercerita tentang keakraban masyarakat asli Lampung dan pendatang asal Bali kepada Pemimpin Redaksi Harian Kompas Rikard Bagun dan jajaran pimpinan Harian Kompas.

"Akhir-akhir ini, masalah lahan luar biasa. Kami ingin berbagi dengan Kompas. Seperti di Lampung, kok malah menjadi seperti sekarang. Kami orang Lampung bersama warga asal Bali sudah sejak dulu hidup bersama, berdampingan, dan saling bekerja sama dengan damai," ujar Menhut.

Sejak masih duduk di kelas tiga sekolah dasar, Zulkifli selalu ikut berburu bersama orang dewasa. Ada orang Jawa, ada orang Lampung, dan ada juga orang Bali yang sudah turun temurun menetap di Lampung.

"Kami bekerja sama. Kami orang Lampung yang memegang tombak dan orang Bali memegang jaring. Kalau dapatnya babi, kami yang apes dan itu menjadi rezeki orang Lampung asal Bali. Tetapi kalau dapatnya rusa, kami yang kebagian," kenang Zulkifli.

Tradisi ini sudah berjalan lama dan menjadi cara untuk saling mempererat kekompakan sosial masyarakat. Semangat gotong royong pun semakin menguat karena saat mereka berburu sambil bersenda gurau.

"Kalau dapat babi dan rusa, ya, tinggal dibagi saja. Indah sekali. Sekarang yang mengemuka kok masalah sosial yang mengerikan," keluhnya.

Zulkifli berharap, pemerintah daerah bisa segera menyelesaikan persoalan-persoalan sosial tersebut. Semua pihak harus mampu mengantisipasi potensi masalah sosial akibat berbagai hal, termasuk sisa persaingan elite politik dalam pemilihan kepala daerah yang sudah terjadi.

Pilkada jangan sampai merusak kedamaian sosial. Terlalu mahal kalau perdamaian rakyat dikorbankan seperti di Pulau Padang (Riau), Bima (Nusa Tenggara Barat), Papua Barat, dan Aceh.

"Orang ditembak begitu saja karena pilkada. Kondisi ini kemudian kita ributkan sendiri sehingga sampai ke dunia internasional yang ujung-ujungnya merugikan kita juga," kata Zulkifli.

Persoalan sosial ini pun mendapat perhatian serius dari pimpinan Harian Kompas. Rikard mengatakan, kekhawatiran yang muncul saat ini adalah kejadian di beberapa tempat bisa menular ke daerah lain karena pemerintah daerah yang seharusnya bertanggung jawab malah melimpahkan ke tingkat yang lebih tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com