Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitigasi di Ruang Kosmologi

Kompas.com - 01/01/2012, 19:09 WIB

Selain itu, pendaki juga diminta menghindari menyebut beberapa nama hewan yang tidak hidup di gunung, seperti dedupak (kerbau), cecakar (ayam), dan jojak lendang (kambing).

Purnipah selalu mendendangkan tembang ”Pangerumrum” ketika naik gunung. ”Tabek walah, tabek walah/Keris jungkat payung negeri, payungin tanah pusaka/Sing prapta mandek, sing prapta mandek/Sing miber tulak, sing miber tulak.” Intinya memohon keselamatan agar terhindar dari berbagai gangguan.

Gunung Rinjani dipandang sebagai tempat keramat, tempat segala makhluk halus berdiam. Para jin, seperti halnya manusia, merupakan sebuah komunitas yang juga melakukan kegiatan ekonomi, seperti berladang.

Di hampir tiap musim panas, rumput kering di sekitar puncak gunung terbakar. ”Itu berarti mereka sedang berladang,” kata Amaq Loka. Saat itu warga Kampung Adat Senaru mempersiapkan diri melakukan upacara Roah Asuhan Gunung. Upacara itu dilaksanakan pada akhir musim kemarau sebagai permohonan agar gunung dan kehidupan di bawahnya kembali hidup.

Di Kampung Adat Sembalun Bumbung, Lombok Timur, tiap tiga tahun sekali dilakukan upacara Ngayu-ayu (rahayu, selamat), ajakan untuk melestarikan alam.

Di Desa Bayan, Lombok Utara, dikenal pesta Gawe Alip. Dulu dilakukan setiap delapan tahun sekali bertepatan dengan tahun Alip, tetapi kini dilakukan setiap ada musibah, seperti banjir bandang, tanah longsor, atau kebakaran hutan. Tujuannya, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dunia aman, damai, dan sejahtera.

Bagi pemeluk agama Hindu yang tinggal di sekitar Gunung Rinjani ataupun di Pulau Lombok, Danau Segara Anak adalah pusat pemujaan, terutama pada saat upacara Mulang Pekelem, perayaan syukur yang dilakukan menjelang musim hujan. Mereka menyembelih hewan kurban di Danau Segara Anak.

Bagi pemerintah dan kalangan akademis, Rinjani bukan sekadar gunung tempat tujuan wisata, tetapi perwujudan dari konsep geopark. Gunung Rinjani memiliki aspek penting kegunungapian yang bermakna bagi pengembangan ilmu pengetahuan kebumian dan pendidikan.

Di areal Taman Nasional Gunung Rinjani terdapat sekitar 500 spesies tanaman endemik. Taman nasional yang dikelola Rinjani Tracking Management Board melibatkan warga lokal setempat secara aktif. Daerah tujuan wisata ini memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi lokal melalui jasa pemandu, penginapan, rumah makan, transportasi, dan penjualan cendera mata.

Nilai ekonomi, budaya, dan kandungan geologis yang melekat dengan Rinjani membuat gunung ini mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah daerah. Upaya mitigasi, baik terhadap bencana letusan, gempa bumi, maupun tsunami, dirancang lebih matang oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sayangnya, upaya sosialisasi mitigasi dan pelibatan masyarakat sekitar Gunung Rinjani masih sangat minim. (Litbang Kompas)

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com