Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kearifan Lokal di Sekitar Gunung Agung

Kompas.com - 19/12/2011, 15:48 WIB

Menurut Gunatra, selama ini memang belum ada upaya mitigasi modern, seperti simulasi atau sosialisasi secara khusus tentang bahaya gunung berapi. Namun, menurut dia, masyarakat memiliki cara sendiri untuk menghindari bencana. ”Bagi kami, selain menggelar upacara, tanda-tanda alam sebelum gunung meletus, seperti kawanan binatang yang turun dari gunung, cukup memberi peringatan bahwa sesuatu akan terjadi di Gunung Agung,” ujarnya.

Saat itulah para pemangku adat akan berkumpul membicarakan apa yang harus dilakukan warga. Kalaupun harus mengungsi, wilayah mana saja yang bisa dianggap lebih aman. Di titik inilah peran pemangku adat menjadi penting. Melalui mereka, pengorganisasian penyelamatan warga bisa diwujudkan.

Inilah bentuk kearifan lokal untuk mitigasi bencana. Pengorganisasian penyelamatan warga berbasis pada otoritas dan perangkat tradisi. Bahkan, perangkat sederhana untuk peringatan dini jika terjadi bencana telah dimiliki warga. Hasil survei Kompas memperkuat hal ini. Menurut para responden (53,3 persen), selama ini mereka menggunakan kentongan sebagai sarana komunikasi antarwarga jika terjadi bencana.

Mitigasi

Saat ini, upaya mitigasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Karangasem sebatas mengandalkan pos-pos pemantauan vulkanologi di Kecamatan Rendang dan Kubu. Aktivitas ini dikoordinasi oleh Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (UPT-Pusdalops PB) Provinsi Bali. ”Pos pemantauan berfungsi memberikan peringatan dini kepada masyarakat,” kata Putu Anom Agustina, Ketua UPT-Pusdalops PB Bali.

Selain pos pemantauan, belum ada upaya sosialisasi tentang bencana dan proses penyelamatan jika terjadi bencana. Hasil survei Kompas menunjukkan hal tersebut. Di Karangasem, 91,4 persen responden mengakui belum pernah terlibat dalam kegiatan sosialisasi penanggulangan bencana di sekitar Gunung Agung. Proporsi responden yang lebih besar (98,1 persen) menyatakan belum pernah ikut serta dalam simulasi menghadapi bencana alam.

Situasi berbeda terjadi di wilayah yang padat dikunjungi wisatawan. Dengan peralatan canggih yang dibiayai Palang Merah Perancis, Pemerintah Provinsi Bali membangun pusat pemantauan krisis (crisis center) di Denpasar dan secara teratur mengadakan simulasi bencana tsunami di sekitar Pantai Kuta, Sanur, Seminyak, Kedonganan, Nusa Dua, dan Tanjung Benoa. ”Di pantai-pantai tersebut sangat rentan terjadi tsunami dan kami bertanggung jawab terhadap ribuan wisatawan,” kata Putu Anom Agustina.

Provinsi Bali memang sangat bergantung pada sektor pariwisata. Selama empat tahun terakhir sektor ini telah menyumbang pendapatan tertinggi (28,98 persen) dibandingkan sektor pertanian (19,41 persen).

Potensi bencana di Gunung Agung sama besarnya dengan wilayah rawan bencana lain di Bali. Oleh karena itu, upaya mitigasi seperti yang diwujudkan di kawasan wisata pantai, seyogianya juga dipraktikkan di Gunung Agung.

Dalam konteks Kabupaten Karangasem dan wilayah lereng Gunung Agung khususnya, upaya mitigasi dapat memanfaatkan kekayaan tradisi setempat. Artinya, mitigasi modern diwujudkan dengan basis agen-agen kultural, baik berupa kearifan lokal tentang alam maupun otoritas institusi adat. Jika mengabaikan hal ini, mitigasi akan berjalan lambat kalau tak mau dikatakan gagal.

(Suwardiman/Litbang Kompas)

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

 


Lihat Ekspedisi Cincin Api - Agung Batur di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com