Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpukan Batu Bara Ancam Situs Muaro Jambi

Kompas.com - 26/11/2011, 21:09 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAMBI, KOMPAS.com - Penumpukan batu bara oleh lima perusahaan tambang di atas cagar budaya Candi Muaro Jambi dikecam banyak pihak. Selain bisa merusak struktur bangunan candi, penumpukan tersebut melanggar UU No. 11 tahun 2010 tentang cagar budaya. Hal tersebut ditegaskan Didy Wuryanto, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Sabtu (26/11/2011).

"Sedikitnya ada lima perusahaan yang melakukan penumpukan hasil batu baranya sebelum diekspor ke Singapura, penumpukan itu masuk ke kawasan percandian yang dilindungi undang-undang," tegasnya.

Menurut Didy, Candi Muaro Jambi merupakan ikon Provinsi Jambi yang memiliki nilai historis tinggi sehingga harus dijaga kelestariannya. Candi tersebut juga masih dalam penelitian mendalam demi mengungkap asal usul, fungsi serta nilai sejarahnya. "Penumpukan batu bara tersebut bisa merusak struktur bangunan di bawah lokasi candi itu," tambah Didy.

Tak hanya merusak situs yang digadang-gadang akan menjadi warisan dunia oleh UNESCO, aktivitas penumpukan batu bara tersebut juga merugikan bagi masyarakat desa sekitar karena limbahnya telah mengotori lingkungan sekitar rumah-rumah di beberapa desa yang ada.

Pihaknya berharap penuh kepada Jero Wacik, mantan Menbudpar yang sekarang menjabat sebagai Menteri ESDM untuk menangani masalah tersebut, hal ini dilakukan karena aktivitas pertambangan berada di bawah koordinasi Kementrian ESDM. "Saya kira pak menteri paham benar dengan potensi candi sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai kepentingan yang mengizinkan penumpukan batu bara itu," lanjut Didy.

Kembali Didy menegaskan jika kasus ini dibiarkan berlama-lama, maka Indonesia akan menjadi sorotan dunia karena UNESCO sudah peduli dengan pencalonan Candi Muaro Jambi sebagai warisan dunia. "Apa kata dunia kalau di atas situs ada penumpakan stok batu bara yang dapat merusak struktur bangunan yang menjadi bukti peradaban ratusan ribu tahun yang lalu," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com