Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan Industri Logam Tegal Tercemar

Kompas.com - 24/11/2011, 14:46 WIB
Siwi Nurbiajanti

Penulis

SLAWI, KOMPAS.com — Lingkungan dan masyarakat di kawasan industri logam Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yaitu di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, telah tercemar limbah logam berat. Limbah itu dihasilkan dari aktivitas peleburan dan pengecoran logam.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Suharmanto, dalam acara Lokakarya Industri Kecil Berbasis Limbah Logam Berat, yang diselenggarakan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Balai Desa Pesarean, Rabu (23/11/2011) malam, mengatakan, dari beberapa parameter, pencemaran di lingkungan industri logam telah menunjukkan kadar yang tinggi.

Debu melebihi ambang batas, yaitu 5429.969 ug per meter kubik, jauh lebih tinggi dari ambang batas 230 ug/meter kubik. Kadar timbal juga mencapai 128.672 ug/meter kubik pada lokasi peleburan dan 2.317 ug/meter kubik pada lokasi yang tidak ada proses produksi.

Beberapa indikator lain juga telah memperlihatkan parahnya pencemaran, antara lain kebisingan yang disebabkan beradunya logam dengan logam, serta tumpukan limbah padat yang menumpuk di sekitar permukiman. Limbah berupa debu dan butiran tersebut saat ini telah mencapai 10.000 ton dengan kandungan logam di bawah 17 persen tidak layak lagi diolah.

Keberadaan limbah padat di kawasan permukiman tersebut sangat potensial mencemari kesehatan lingkungan dan mencemari kandungan air dari tanah. Direktur BPPT Derry Pantjadarma mengatakan, pencemaran limbah yang ada di kawasan tersebut sudah termasuk dalam kategori parah. Dari hasil uji sampel daerah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jateng tahun 2011 terhadap 50 warga Desa Pesarean, tercatat 46 orang tercemar timbal. Dari jumlah itu, 12 orang dalam kondisi bahaya.

Selain itu, dari data yang diperoleh BPPT, sekitar lima anak di kawasan tersebut juga lahir dalam kondisi cacat (lumpuh dan keterbelakangan mental). Dari segi fisik lingkungan, banyak tanaman yang mati akibat terkena limbah.

Menurut Derry, kondisi itu perlu ditangani agar pencemaran tidak semakin parah. Saat ini, upaya yang sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan memidahkan lokasi industri ke kawasan industri yang jauh dari permukiman (sekitar areal persawahan).

Meskipun demikian, hal itu belum menyelesaikan semua masalah yang ada. Memindahkan lokasi masih sebatas memindahkan pencemaran dari kawasan permukiman ke kawasan pertanian. Menurut dia, perlu solusi lain untuk menghasilkan usaha yang produktif, tetapi tetap sehat dan tidak membahayakan lingkungan. "Penanganan harus lintas sektoral dan tidak satu tahun berhenti," katanya.

Selain itu, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah mengubah budaya masyarakat yang belum sadar limbah. Hal itu antara lain dengan mengubah limbah ke dalam produk lain yang bermanfaat, seperti produk batako.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com