Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marapi Merusak Sayuran, Anak Krakatau Mereda

Kompas.com - 23/11/2011, 03:09 WIB

Bukittinggi, Kompas - Semburan abu vulkanik Gunung Marapi yang ada di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Sumatera Barat, dalam sebulan terakhir menimbulkan kerusakan pada tanaman sayuran di desa-desa terdekat dengan gunung api tersebut. Abu vulkanik itu menimbulkan bercak pada daun dan membuat tangkai menjadi layu.

Berbeda dengan Marapi, aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, kini menurun drastis setelah sekitar tiga bulan terakhir aktif mengeluarkan semburan materi vulkanik. Meskipun demikian, statusnya tetap di level Siaga.

Daerah terparah yang terkena dampak semburan abu vulkanik Marapi adalah Desa Koto Baru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, dan Desa Batu Palano, Kecamatan Banu Hampo, Kabupaten Agam. Dua Desa tersebut adalah desa terdekat dari puncak Marapi, dengan jarak antara 5 kilometer (km) hingga 7 km, serta menjadi sentra penghasil sayuran terbesar di Sumatera Barat (Sumbar).

Bobon Safrudin (37), petani di Desa Koto Baru, Selasa (22/11), menuturkan, bercak daun mulai terlihat pada tanaman sayuran tomat dan cabainya sejak awal November lalu. Bercak tersebut berwarna kehitaman. Sebagian daun juga tampak menjadi layu dan menguning. ”Abu gunung, kan, agak panas. Kalau kena daun menjadi bercak hitam seperti ini. Ada juga tangkai tomat yang menjadi layu karena tertimpa abu. Itu tak banyak, yang paling banyak adalah rusak karena bercak daun,” kata Bobon.

Selain tomat, abu vulkanik juga merusak tanaman kol, bawang daun, dan cabai. Umumnya kerusakan berupa bercak daun. Sebagian lainnya berupa layu daun karena terkena abu dengan suhu yang relatif hangat.

Suherman (40), petani di Desa Batu Palano, mengatakan, dampak abu sangat terasa saat tak ada hujan turun. Namun, apabila letusan Marapi disertai hujan, dampaknya tak terasa karena material abu vulkanik langsung tersapu air.

Di Desa Batu Palano, lanjut Suherman, dampak abu vulkanik sebenarnya sudah dirasakan sejak awal bulan puasa lalu. Saat itu, Marapi sempat meletus dalam skala kecil dan abunya menyebar ke wilayah sekitar. Namun, sebulan terakhir letusan menjadi lebih sering.

Kecamatan X Koto, Tanah Datar, dan Kecamatan Banu Hampo, Kabupaten Agam, adalah dua kecamatan yang menjadi sentra penghasil sayuran terbesar di Sumbar. Tanaman sayuran seperti kol, bawang daun, wortel, tomat, buncis, asparagus, kailan, labu siam, sawi, dan cabai, sudah dibudidayakan turun-temurun sejak akhir 1960-an.

Menurun drastis

Penurunan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) menurut Kepala Pos Pemantauan GAK di Desa Hargopancuran, Lampung Selatan, Andi Suardi, Selasa (22/11), menjelaskan, intensitas gempa GAK turun. ”Hari Senin (21/11) kegempaan dalam sehari hanya 572 kali. Sehari sebelumnya sekitar 900-an. Beberapa pekan sebelumnya lebih 2.000 kali sehari,” kata Andi.

Secara visual, saat ini tidak lagi terlihat semburan asap pekat dari atas kawah GAK. ”Yang terlihat hanya asap putih tipis setinggi 50-an meter,” kata dia.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, menurut Andi, menetapkan sejak dua bulan hingga hari ini statusnya Siaga.

(HAN/JON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com