Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parah, Pencemaran Limbah Logam di Kabupaten Tegal

Kompas.com - 22/11/2011, 22:24 WIB
Siwi Nurbiajanti

Penulis

SLAWI, KOMPAS.com - Pencemaran limbah industri logam, terutama industri peleburan aki di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dinilai sangat parah. Selain mencemari lingkungan, limbah itu juga telah berdampak buruk pada masalah kesehatan masyarakat di sekitarnya.

Direktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Derry Pantjadarma, di Tegal, Selasa (22/11/2011), mengatakan, BPPT telah melakukan kajian mengenai kondisi limbah logam di Desa Pasarean. Pencemaran limbah yang ada di kawasan tersebut sudah termasuk dalam kategori parah.

Hal itu antara lain terlihat dari hasil pengujian sampel darah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan itu. Dari hasil uji sampel daerah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jateng tahun 2011 terhadap 50 warga Desa Pesarean, tercatat sebanyak 46 orang telah tercemar timbal. Dari jumlah tersebut, 12 orang dalam kondisi bahaya.

Data yang diperoleh BPPT menyebutkan pula, lima anak di kawasan itu juga lahir dalam kondisi cacat (lumpuh dan keterbelakangan mental). Dari segi fisik lingkungan, banyak tanaman yang mati akibat terkena limbah.

Menurut Derry, kondisi itu perlu ditangani, agar pencemaran tidak semakin parah. Saat ini upaya yang sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan memidahkan lokasi industri ke kawasan industri yang jauh dari permukiman.

Namun hal itu belum menyelesaikan semua masalah yang ada. Memindahkan lokasi masih sebatas memindahkan pencemaran dari kawasan pemukiman ke kawasan pertanian. Menurut dia, perlu solusi lain untuk menghasilkan usaha yang produktif, tetapi tetap sehat dan tidak membahayakan lingkungan.

"Ini merupakan masalah kompleks, karena menyangkut masalah sosial, teknologi, dan lingkungan," kata Derry.

BPPT, lanjut Derry, telah merumuskan strategi penanganan limbah dan strategi pemulihan lingkungan. Rumusan strategi tersebut akan didiskusikan dengan masyarakat dan pelaku usaha di Desa Pesarean, sebelum menjadi strategi penanganan limbah dan pemulihan lingkungan.

"Rencananya, diskusi dengan masyarakat akan dilakukan Rabu malam besok. Gambaran normatif strategi, penanganan harus lintas sektoral, dan tidak satu tahun berhenti," tambahnya.

Nurhayati (27), warga Desa Pesarean mengatakan, limbah pengolahan limbah yang berupa serbuk hanya dibuang di sekitar pemukiman. Selain menimbulkan debu dan terhirup manusia, limbah juga meresap ke dalam tanah, dan mencemari air warga. Masyarakat di wilayah itu banyak yang terkena penyakit pernafasan.

Rajad (50), pemilik usaha peleburan aluminium, mengakui, limbah dari peleburan aki memang sering dikeluhkan masyarakat. Ia yang pernah menjalankan usaha peleburan aki, memilih menghentikan usaha tersebut karena sering mendapat keluhan dari masyarakat sekitar. "Dulu tetangga mengeluh sering sakit perut, dan mengeluhkan bau tidak enak dari hasil peleburan aki," ujarnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal, Suharmanto, juga mengakui bahwa tumpukan limbah di kawasan peleburan aki Desa Pesarean sangat banyak. Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, tumpukan limbah telah mencapai 10.000 ton.

Menurut dia, pemerintah telah memindahkan para pelaku usaha  di kawasan itu ke dalam perkampungan industri kecil (PIK), yang jauh dari permukiman. Dari 30 pelaku usaha, sekitar 27 orang sudah bersedia pindah. Saat ini, upaya yang dilakukan yaitu memindahkan tiga orang yang tersisa, serta memulihkan lingkungan yang telah tercemar limbah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com