Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remisi Koruptor, Kontrol "Yes", Obral "No"

Kompas.com - 05/11/2011, 10:51 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana tak gentar menghadapi sejumlah pihak yang berniat menyomasi dirinya terkait kebijakan moratorium yang kemudian diganti menjadi pengetatan pemberian remisi dan pembebasan bersyarat koruptor. Menurut Denny, kebijakan tersebut sudah tepat dalam memberantas tindak pidana korupsi.

"Kontrol yes, obral no. Siapa yang tidak setuju bisa mengambil langkah-langkah hukum, kami hormati. Kami yakin ini kebijakan tepat dalam pemberantasan korupsi," kata Denny dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk "Permisi, Ada Remisi" di Jakarta, Sabtu (5/11/2011).

Denny juga mengatakan, pihaknya tidak ingin terjebak dalam wilayah penggunaan istilah teknis "moratorium". Apa pun namanya, kebijakan itu tetap bertujuan mengontrol pemberian remisi dan pembebasan bersyarat.

Seperti diberitakan sebelumnya, istilah moratorium remisi dan pembebasan bersyarat yang dicetuskan Denny dan Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menuai kecaman.

Sejumlah pihak menilai "moratorium" bertentangan dengan undang-undang. Mantan Menteri Kehakiman Yusril Ihza Mahendra melayangkan somasi kepada Denny dan mengancam akan menggugat secara hukum jika somasinya tidak diindahkan.

Belakangan, Denny mengubah istilah moratorium itu menjadi "pengetatan". Menurut dia, kebijakan pengetatan pemberian remisi dan pembebasan bersyarat itu bukan barang baru. Kebijakan itu sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006 yang disusun saat Andi Matalatta menjabat sebagai Menteri Hukum dan HAM.

Menurut Denny, sudah sepatutnya terpidana korupsi diperlakukan berbeda, termasuk dalam memperoleh remisi dan pembebasan bersyarat.

"Bagi saya tidak hanya hukumannya nenek pencuri kakao harus lebih ringan daripada koruptor, tetapi syarat mendapat remisinya pun, antara nenek Minah dan koruptor yang rampok uang rakyat harus berbeda. Justru tidak adil jika pemberian remisi rampok sendal, curi ayam, sama dengan koruptor," ungkapnya.

Anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, berpendapat, kebijakan yang sudah baik tersebut seharusnya disampaikan kepada publik dengan cara yang tepat.

"Misalnya, dengan bikin event menyatakan ada kebijakan ini. Jangan dilempar begitu saja. Ini supaya tidak menjadi polemik," kata Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com