Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Jalan Tengah Persoalan Buruh Freeport!

Kompas.com - 31/10/2011, 12:28 WIB
Ary Wibowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Hak Asasi Manusia Usman Hamid mengatakan, pemerintah harus mencari jalan tengah terkait persoalan antara PT Freeport Indonesia dan karyawannya. Menurut Usman, langkah tersebut harus dilakukan karena isu persoalan Freeport kini telah bergeser dari tuntutan murni industrial menjadi isu terkait keamanan negara.

"Harus cepat dicari kira-kira apa jalan tengahnya bagaimana. Karena saat ini beberapa kasus kekerasan, ditunggangi separatis, selalu dikaitkan persoalan Freeport itu. Padahal, dalam persoalan ini (Freeport) murni tuntutan industrial. Dan kalau itu masalah sengketa industrial, selesaikan dengan cara penyelesaian industrial," ujar Usman kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (31/10/2011).

Ditambahkan, dalam mencari jalan tengah persoalan tersebut, pemerintah diharapkan tidak hanya sekadar menjadi penengah. Pemerintah, kata Usman, harus menjadi pihak yang membela para karyawan Freeport.

"Dan jangan diserahkan kepada perusahaan, karena buruh atau karyawan Freeport tidak punya daya tawar yang cukup sama dengan perusahaan," katanya. 

Ia mengatakan, tak bisa dipungkiri kehadiran Freeport telah menciptakan lapangan kerja dan merupakan pemasukan negara. Namun, perlu dikritisi, berbagai aksi mogok para karyawan dan tuntutan penghentian operasi perusahaan tersebut menunjukan ada yang tidak beres dalam manajemen Freeport.

"Harusnya kan tuntutan itu dianggap sebagai sikap buruh. Persoalan ini menunjukkan ada masalah di Freeport. Menciptakan lapangan kerja benar, tapi apakah itu dilakukan secara adil? Apakah orang Papua dikasih jabatan yang strategis? Itu juga kan penting sebagai orang yang merasa memiliki hak ulayat atas tanah di Papua itu," jelas Usman.

Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah dapat segera mencari solusi atas persoalan Freeport tersebut. Usman menilai, dengan penghasilan mencapai triliunan dolar AS dari pengolahan sumber daya alam di Papua, Freeport seharusnya dapat menghasilkan kesejahteraan bagi para karyawannya.

"Ini semua untuk kemakmuran buruh dan masyarakat Papua, bukan kemakmuran pimpinan Freeport. Satu hal yang perlu diingat, bahwa kelemahan industri ekstratif dalam skala besar, itu tidak bisa digantikan dalam bentuk lahan, karena sudah pasti akan rusak. Jadi jangan sampai masyarakat Papua ini membayangkan, setelah 40 tahun dikelola, tanah mereka akan kembali seperti semula," tegas Usman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Nasional
    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

    Nasional
    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Nasional
    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com