Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Turki-RI Bangun Pabrik Tepung Terigu di Cilegon

Kompas.com - 21/10/2011, 03:42 WIB

Cilegon, Kompas - PT Golden Grand Mills, perusahaan patungan (joint venture) pengusaha Turki dan Indonesia, secara resmi, Kamis (20/10), memulai beroperasinya pabrik tepung terigu di Kawasan Industri Estate Cilegon II, Ciwandan, Cilegon, Banten. Investasi awal mencapai 20 juta dollar AS atau sekitar Rp 180 miliar.

Peresmian pabrik yang dilaksanakan secara sederhana dilakukan oleh Direktur Pengelola PT Golden Grand Mills (G2M) Sunardi Theophilus dan General Manager G2M Selcuk Araboglu dari Ulusoy Gida Group.

Sunardi mengatakan, pembangunan pabrik ini telah dirintis selama dua tahun, bahkan jauh sebelum Presiden berkunjung ke Turki. Investasi 20 juta dollar AS dengan porsi 30 persen investor Indonesia dan 70 persen Turki tersebut sudah termasuk penyediaan lahan seluas 2,2 hektar.

Modal sebesar itu digunakan untuk membangun pabrik dengan empat silo (tempat penyimpanan) berkapasitas 40.000 ton gandum. Ini pun diklaim menjadi pabrik terigu patungan pertama Indonesia-Turki di Indonesia.

Saat ini, G2M diperkirakan akan memiliki kapasitas produksi 216.000 metrik ton per tahun, dengan produksi terigu sekitar 600 ton per hari. Selain terigu, pabrik ini juga memproduksi bahan baku pakan ternak yang juga dihasilkan dari gandum.

G2M mengincar pangsa pasar domestik sebanyak 5-10 persen. Konsumsi terigu di Indonesia masih 4,5 juta ton per tahun. ”Kalau dihitung, produsen besar seperti Bogasari sudah mengambil pasar sekitar 57 persen dan impor 15 persen, sedangkan sisanya diperebutkan oleh 13 perusahaan terigu di Indonesia.” ujar Sunardi. ”Kami melihat pasar yang sangat potensial di Indonesia,” tambah Selcuk.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mempertanyakan ketidakjelasan implementasi bea masuk antidumping (BMAD) terhadap tepung terigu asal Turki. Sebelumnya, Aptindo mengusulkan kepada pemerintah mengenakan BMAD 20 persen terhadap tepung terigu dari Turki.

Ratna menilai, tepung terigu asal Turki merusak pasar terigu dalam negeri karena harganya tidak jauh berbeda dengan produk dalam negeri. Aptindo menyayangkan, karena ada produk Indonesia dikenai BMAD oleh Pemerintah Turki.

”Pengenaan BMAD adalah bentuk penegakan aturan agar Indonesia tidak dilecehkan di dunia internasional dalam hubungan dagang,” ujar Ratna. (OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com