Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapasitas Produksi Freeport 50 Persen

Kompas.com - 19/10/2011, 03:11 WIB

Jakarta, Kompas - Realisasi produksi di lokasi pertambangan di Kabupaten Mimika, Papua, yang dikelola PT Freeport Indonesia mulai berjalan 50 persen dari kapasitas normal sejak kemarin. Kegiatan pemeliharaan peralatan produksi sudah berjalan normal.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh, Selasa (18/10), di Jakarta, dari sisi produksi, volume produksi biji emas dan tembaga Freeport 207.000 ton per hari. Ore atau biji yang diproses 221.000 ton per hari, termasuk stok cadangan. Hasil konsentrat 5.460 ton per hari.

Sebelumnya, produksi di lokasi tambang itu sempat dihentikan untuk pertimbangan taktis teknis. Dengan pengamanan serta penyambungan lagi pipa tambang yang mengalirkan konsentrat emas dan tembaga, kapasitas produksi mulai meningkat.

Secara terpisah, juru bicara PT Freeport Indonesia, Ramdhani Sirait, menyatakan, manajemen Freeport terus berupaya berproduksi di tengah sejumlah aksi oleh para karyawan yang mogok kerja, termasuk pemalangan jalan, pemotongan pipa konsentrat, dan pemakaian peralatan milik perusahaan secara tak sah. Saat ini, PT Freeport Indonesia masih memproduksi konsentrat dalam kapasitas terbatas.

Lokasi pertambangan Freeport merupakan satu dari beberapa obyek vital nasional yang dimiliki pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun lalu pemerintah membentuk tim obyek vital nasional yang dipimpin salah satu deputi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. ”Apabila produksi tambang terganggu, akan memengaruhi penerimaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), penciptaan nilai tambah, dan lapangan kerja di sana,” kata Darwin.

Terkait hal itu, pemerintah berfokus pada aspek teknis dan lingkungan di lokasi tambang Freeport. Jika fasilitas produksi terganggu dapat membahayakan lingkungan dan keselamatan pekerja. ”Apabila air yang tergenang dalam cekungan tambang tidak dipompa keluar, hal itu akan menimbulkan berat yang masif pada dinding cekungan dan bisa longsor sehingga membahayakan lingkungan dan keamanan sekitar,” ujar Darwin.

Untuk membantu menyelesaikan masalah itu, Kementerian ESDM telah menempatkan inspektur tambang di lapangan.(EVY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com