Yogyakarta, Kompas -
Sebelum menjalani ritual itu, calon menantu Sultan, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara, dijemput utusan keraton, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat di Dalem Mangkubumen menggunakan tiga kereta kencana, yaitu Kyai Kutho Kaharjo, Kyai Puspoko Manik, dan Kyai Kus Gading. Dari Mangkubumen, calon pengantin laki-laki naik kereta Kyai Puspoko Manik sambil diiringi dua kereta lain menuju Bangsal Kasatriyan.
Menurut KRT Jatiningrat, Minggu (16/10) di Bangsal Kesatriyan, prosesi penjemputan calon pengantin laki-laki sudah lama tak dijalankan sejak periode Sultan HB IX hingga Sultan HB X. Kini, ritual ini dilakukan lagi dan didokumentasikan.
Di Regol Magangan, calon pengantin laki-laki disambut calon mertua, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Prosesi ini disaksikan kerumunan masyarakat beserta media yang sangat antusias menyaksikan sekaligus mengabadikan momen ini.
Kerabat keraton, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo, menjelaskan, dahulu proses
Penyesuaian ritual juga dilakukan pada upacara kirab pengantin dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan. Dahulu, kedua pengantin diarak menggunakan tandu yang diangkat 30 orang. Namun, sekarang, kedua pengantin diarak memakai kereta Kyai Jong Wiyat.
”Ide awal, pernikahan kali ini mau mengembalikan tradisi pernikahan seperti zaman keraton kuno. Namun, Sultan tidak berkenan, beliau menganggap kirab pengantin menggunakan tandu yang diangkat orang banyak kurang manusiawi. Apalagi, tandu yang ada saat ini rusak tertimpa atap Bangsal Trajumas saat gempa bumi 2006,” paparnya.