Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temajuk, Potret Keterisolasian di Beranda Nusantara Kita...

Kompas.com - 15/10/2011, 02:01 WIB

Beranda negara, seperti layaknya beranda rumah, semestinya adalah bagian yang paling mudah dituju. Temajuk, desa di ujung barat laut Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Teluk Melano, Negara Bagian Sarawak, Malaysia, justru menunjukkan potret sebaliknya.

Temajuk sebetulnya hanya berjarak sekitar 45 kilometer dari ibu kota Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar, tetapi butuh waktu tempuh antara tiga jam dan empat jam dengan menggunakan sepeda motor, satu-satunya kendaraan yang bisa menembus Temajuk melalui darat. Itu pun masih tergantung dari pasang-surut air laut dan sungai, serta hujan, sehingga waktu tempuh ke Temajuk sering kali tidak bisa diprediksi. Paloh berjarak sekitar 300 km dari Pontianak, ibu kota Kalbar, dengan waktu tempuh sekitar sembilan jam dengan menggunakan mobil.

Kompas memulai perjalanan sulit ke Temajuk dari Setinggak, Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, menggunakan ojek, Rabu (12/10) pagi. Sewa ojek ke Temajuk dan kembali lagi ke Paloh biasanya Rp 400.000. Jalan berbatu dari Paloh sejauh 5 km berujung di pelabuhan rakyat Sungai Sumpit.

Sangat tidak aman

Tidak ada jembatan untuk menyeberangi Sungai Paloh selebar 300 meter itu. Hanya ada kapal kecil berkapasitas maksimal delapan sepeda motor dan penumpangnya sebagai moda penyeberangan. Angkutan ini sangat tidak aman karena perahu bisa terbalik kalau penumpangnya berpindah tempat tiba-tiba. Namun, tanpa ada pilihan lain, masyarakat terpaksa menggunakannya juga.

Selepas Cermai, 8 km jalan selebar 2 meter dengan aspal yang sudah sebagian besar terkelupas itu habis. Pilihan berikutnya adalah jalan yang sedang dibuka atau memanfaatkan pantai pada saat air laut surut, pukul 09.00 hingga pukul 11.00. Wahyudinata (31), tukang ojek, dan dua rekannya, yang memboncengkan rombongan wartawan, memilih jalan tanah yang sudah diperkeras lalu menggunakan jalan pantai.

Perlu keterampilan khusus untuk mengendarai sepeda motor di pantai. Sepeda motor harus dalam kecepatan tinggi dengan putaran mesin besar agar ban tidak selip di pasir. Namun, risikonya sepeda motor bisa sewaktu-waktu oleng dan jatuh saat tiba-tiba melalui pasir yang tak lagi basah.

Jalan pantai ini terpotong oleh lima sungai. Kami beruntung karena debit air sungai sedang kecil sehingga sepeda motor masih tetap bisa melintas. ”Pada Desember dan Januari, atau saat beberapa hari hujan deras, sepeda motor harus dipikul supaya bisa melintas. Air sungai biasanya lebih tinggi dari pinggang orang dewasa,” kata Wahyudinata.

Seperti prediksi masyarakat, air laut mulai pasang pada pukul 13.00. Kami yang hendak kembali dari Temajuk pada sore hari terpaksa harus menggunakan jalan yang sedang dibuka menggunakan alat berat sepanjang 25 km. Di beberapa ruas yang tanahnya sudah dipadatkan, sepeda motor masih bisa melaju kendati harus tetap hati-hati, karena permukaan jalan tidak rata. Namun, ada beberapa ruas yang memang benar-benar baru dibuka sehingga masih banyak akar pohon tertinggal dan pasir kering masih tebal.

Di ruas jalan berpasir itu nasib penumpang benar-benar bergantung pada kelihaian tukang ojek. Beberapa kali sepeda motor hampir terpelanting karena harus dijalankan dengan putaran mesin yang besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com