Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Petani Kentang Demo?

Kompas.com - 12/10/2011, 09:22 WIB
Stefanus Osa Triyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Petani kentang Dieng, Jawa Tengah, terus menggelar demonstrasi. Dua hari berturut-turut, mereka mendatangi Kementerian Perdagangan di Jakarta. Mengapa petani kentang rela meninggalkan ladangnya untuk berunjuk rasa?

Pertanyaan itu membuat gerah Ketua Harian Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini di Jakarta, Rabu (12/10/2011). Benny mengatakan, selama akar permasalahan kentang tidak diselesaikan, selamanya kemelut-kemelut ini tetap akan terjadi.

Bayangkan saja, harga kentang di Dieng Rp 5.000-Rp 6.000/kilogram, sedangkan kentang China 380 dollar AS/metrik ton setiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Bangladesh 290 dollar AS/metrik ton plus import duty di Tanjung Priok.

Produktivitas petani di Indonesia 12-15 ton/hektar, sedangkan Canada, Belanda, Australia, dan USA bisa 60 ton/ha, serta China dan Bangladesh 40 ton/ha. Biaya produksi kita Rp 60 juta/ha.

"Masalahnya bibit yang berkualitas tidak ada. Saya ke Brastagi, Kerinci, Garut, Dieng, Batu, Modoinding. Semua petani menjerit prihal bibit. Bibit yang berlabel dari pengalengan petani dibilang tidak bagus," kata Benny.

Padahal, pejabat kementerian pertanian mengklaim cukup. Begitu juga dengan pestisida, pupuk mahal,infrastruktur jelek. Biaya transport pun mahal, pungutan liar di mana-mana.

Semua persoalan itu harus diatasi, bukan malah dengan impor. Kalau impor terus dibiarkan, siapa yang melindungi petani?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com