Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Sumber Kencono Merasa Dihukum

Kompas.com - 15/09/2011, 17:51 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Kalangan sopir bus Sumber Kencono merasa sangat tertekan karena merasa sudah dihukum masyarakat akibat stigma buruk terhadap kinerja perusahaan itu. Padahal, tidak semua sopir Sumber Kencono ugal-ugalan.

Selain itu, kalau dihitung persentase jumlah bus dengan angka kecelakaan, belum tentu kinerja Sumber Kencono lebih buruk. Armada Sumber Kencono total 230 unit.

Yang kecelakaan mungkin tidak sampai 2 persen. Perusahaan bus lain mungkin seperti jarang kecelakaan karena jumlah armadanya jauh lebih sedikit.

Beberapa sopir yang berbicara kepada Kompas di markas Sumber Kencono di Jalan Sepanjang-Krian, Kamis (15/9/2011), mengatakan, akibat stigma negatif itu calon penumpang mulai menjauhi Sumber Kencono.

Setelah kecelakaan di Mojokerto lalu, untuk mendapatkan penumpang separuh kapasitas bus saja sangat sulit. Kalau dapat penumpang agak banyak itu karena mereka naik di jalan dan untuk jarak pendek. Kalau untuk mendapat penumpang di terminal sulit. Jadi, kami ini sudah dihukum oleh masyarakat, kata seorang sopir yang enggan disebut namanya dengan alasan dilarang oleh manajemen.

Hukuman dari masyarakat itu jelas berpengaruh terhadap pendapatannya karena Sumber Kencono menggunakan sistem premi, bukan setoran. Jadi, pendapatan sopir tergantung jumlah penumpang tanpa dipotong biaya operasional.

Sopir mendapat 10 persen, kondektur 5,5 persen dan kenek 4 persen. Mohon dipertimbangkan dari sisi kemanusiaan kalau trayek bus kami mau dicabut. Kami para awak bus ini harus makan apa? Sekarang saja pendapatan kami ini ibaratnya untuk makan bersama dengan keluarga saja kurang, kata sopir asal Jombang.

Menurut mereka, hanya sebagian kecil sopir yang ugal-ugalan. Kan sebenarnya biasa ada yang nakal dalam suatu kelompok itu. Di kepolisian juga ada yang nakal. Di kalangan wartawan mungkin juga ada yang nakal, tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com