Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TN Wasur, Plasma Nutfah Lintas Benua

Kompas.com - 26/07/2011, 03:50 WIB

Vegetasi di TN Wasur, di antaranya hutan dominan bus (Melaleuca sp), hutan co-dominan Melaleuca sp-Eucalyptus sp, hutan bakau, savana, padang rumput, dan padang rumput rawa. Jenis tanaman yang banyak ditemui adalah pohon bus, akasia, kayu putih, dan pohon besar lainnya dengan diameter di atas 100 cm. Tak dimungkiri, anggrek juga salah satu kekayaan flora yang tersimpan di TN Wasur, seperti anggrek nanas.

Berdasarkan catatan Balai TN Wasur, terdapat 34 spesies dari 80 spesies mamalia yang telah teridentifikasi. Di antaranya mamalia endemik, seperti kanguru lapang (Macropus agilis), kanguru hutan (Darcopsis veterum), dan kanguru tanah (Thylogale brunii). Ukurannya memang lebih mungil dibandingkan dengan kanguru di Australia, tetapi di situlah keunikannya: kita dapat melihat lompatan lincah kanguru dari dekat. Anda bisa mengelus atau menggendong anak kanguru.

Selain itu, rusa (Cervus timorensis), musang hutan (Dasyurus spartacus), dan kuskus berbintik (Spilocuscus Petaurus breviceps), juga bisa kita lihat di taman nasional ini. Sebagai kawasan lahan basah, di TN Wasur banyak hidup reptil dan amfibi. Hasil survei menunjukkan ada 26 jenis reptil, di antaranya 2 jenis buaya, yakni buaya rawa dan buaya muara, 3 jenis biawak (Varanus sp), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp), 8 jenis ular (Condoidae, Liasis, dan Pyton), dan 3 jenis katak yaitu katak pohon, katak pohon irian, dan katak hijau.

Dadang menuturkan, di sejumlah titik di kawasan Danau Rawa Biru, pengunjung bisa mengamati tingkah polah burung cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), dan aneka jenis burung lain yang hidup bebas. Namun, memang tak mudah bertemu dengan burung berbulu indah itu, sebab kita harus menyeberangi rawa-rawa dengan kole-kole (perahu tradisional suku Marind yang terbuat dari kayu utuh pohon bus).

Tidak hanya cenderawasih, di taman nasional yang berbatasan langsung dengan Suaka Marga Satwa Tonda Papua New Guniea, itu tercatat 403 spesies burung dengan 200 spesies burung endemik Papua, dan 114 di antaranya berstatus dilindungi. Seperti garuda irian (Aquila gurneyei), kakatua raja (Probociger atherimus), mambruk (Crown pigeons), kasuari (Cassowary), dan elang laut dada putih (Haliaetus leucogaster).

Di Danau Rawa Biru, bulan Agustus-November, selalu berdatangan ribuan burung migran dari Australia dan Selandia Baru, seperti burung ndarau/bangau abu-abu, pelikan, ibis, dan paruh sendok (Royal spoonbills). Bahkan, hasil pengamatan 2009, tercatat burung biru laut ekor hitam (Limosa limosa) yang ditandai bendera hitam putih oleh China, bermigrasi mencari makan di Rawa Biru.

Kehadiran burung-burung migran menjadi daya tarik khusus karena hanya terjadi sekali setahun. Biasanya, ribuan burung migran itu dijumpai di daerah Rawa Dogamit, Rawa Blatar, dan Pantai Ndalir.

Sekitar 48 jenis insekta, di antaranya rayap tanah, sang arsitek bomi, yakni rumah rayap yang tingginya bisa mencapai 5 meter, menghuni taman nasional ini. Sebaran ribuan bomi, yang konon hanya ada di Afrika, Australi, dan Papua, ini menjadi daya tarik TN Wasur. Tak ketinggalan, 75 spesies kupu-kupu, beterbangan di savana Wasur.

Yang suka memancing, bisa berburu ikan gabus, betik, atau arwana silver, yang ikut menghuni rawa-rawa ini. Masyarakat setempat biasa berburu anakan ikan arwana untuk dijual, di bulan November-Desember. Totalnya, 39 jenis dari 72 jenis ikan di hamparan rawa-rawa di TN Wasur telah teridentifikasi.

Bila perjalanan dilanjutkan lurus ke arah timur, mengikuti jalan trans-Papua, wisatawan akan sampai di tugu perbatasan RI-PNG dan Tugu Sabang-Merauke di Sota. Jaraknya sekitar 79 km dari Kota Merauke. Sepanjang perjalanan kita akan melintasi beberapa kampung dari 15 perkampungan yang ditinggali oleh suku-suku asli. Mereka telah bermukim di sini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional.

Empat suku itu adalah suku Marind, dan tiga subsuku Marind, yaitu suku Marory Men-Gey, Yei, dan Kanum. Warga keempat suku masih memegang erat budaya hidup meramu, mengumpulkan bahan makanan, seperti sagu dari hutan dan hasil kebun, serta berburu secara tradisional. Masyarakat suku Kanum dan Marind, yang tinggal di dalam kawasan Wasur hidup dengan berburu kanguru dan rusa. Namun, populasi satwa terjaga melalui kearifan lokal berupa sasi: larangan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Masyarakat suku Marind adalah masyarakat yang ramah dan terbuka kepada orang lain. Anda bisa ikut mereka berburu. Sebagai langkah pendekatan, sodorkankah pinang dan rokok.

Sempatkan pula menyusuri Danau Rawa Biru dengan naik kole-kole. Lengkaplah sudah petualangan Anda di surga flasma nutfah lintas benua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com