Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bankir: Mutiara Rp 6,7 Triliun Kemahalan

Kompas.com - 26/07/2011, 00:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga saham PT Bank Mutiara Tbk (BCIC) dinilai terlalu mahal oleh perbankan badan usaha milik negara (BUMN). Padahal sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyarankan agar bank-bank berpelat merah ini membeli bank yang sebelumnya bernama Century itu. Alasannya, mereka sama-sama aset milik negara.

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai pemegang kendali saham Mutiara akan melego bank ini dengan nominal sebesar Rp 6,7 triliun.

Salah satu bankir yang menyatakan keberatan dengan harga ini adalah Gator M Suwondo, Direktur Utama PT Bank BNI Tbk (BBNI). "Dalam menentukan aksi korporasi seperti akuisisi, BNI tidak hanya mempertimbangkan harga, tetapi ada beberapa poin lainnya. Angka itu terlalu tinggi," kata Gatot, Senin (25/7/2011).

Beberapa poin yang harus ada adalah sinergi dengan induk usaha yang mengakuisisi. Kedua, potensi overlap atau tumpang tindih cabang. "Jika poin kedua ini terjadi, maka sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan," tutur Gatot.

Salah satu bankir yang enggan disebutkan namanya pun sependapat dengan pimpinan BNI tersebut. Menurutnya, harga jual bank berkode saham BCIC tersebut dinilai mahal dan harga tersebut tidak sesuai dengan pertumbuhan bisnis bank yang diberi bailout oleh Bank Indonesia (BI) pada tahun 2008. "Sepanjang itu visible dari segi bank, tidak ada masalah. Selain itu, kita tidak tahu proses due diligence tersebut," kata salah satu sumber Kontan tersebut.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menyatakan, saat ini BTN tengah melakukan evaluasi soal saran Menteri Keuangan tersebut. Pasalnya, BTN pun merupakan salah satu bank milik pemerintah yang dianjurkan mempertimbangkan aksi korporasi ini. (Nina Dwiantik/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com