Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedang "Selangkeh", Senjata Tradisi Kerinci

Kompas.com - 23/05/2011, 22:50 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Pedang selangkeh yang merupakan senjata tradisional asli Kerinci perlu dipopulerkan kembali kepada publik sehingga menjadi khazanah kebudayaan masyarakat setempat.

"Pedang selangkeh sesungguhnya senjata tradisional asli masyarakat Kerinci pada masa lalu, seperti halnya mandau di Kalimantan, rencong di Aceh, badik di Bugis, dan kujang di Sunda, bukanlah keris seperti yang dianggap sebagai senjata warisan budaya masyarakat Kerinci saat ini," kata budayawan dan seniman Jambi, Azhar MJ, Minggu (22/5/2011) di Jambi.

Menurut Azhar, selangkeh telah dipakai para ksatria, pendekar, dan para hulubalang (prajurit) di Kerinci sejak masyarakat Kerinci pertama mengenal kemampuan mengolah besi menjadi senjata.

Pada masa kerajaan, selangkeh dipergunakan oleh para hulubalang dan para depati, tidak saja sebagai senjata untuk bertempur di medan peperangan, tetapi juga sebagai sko (barang pusaka) yang mencerminkan kewibawaan sekaligus sebagai simbol kekuasaan bagi para depati.

Pada zaman sebelum dikenalnya besi, senjata masyarakat Kerinci purba menggunakan rautan bilah bambu sebagai selangkeh, sementara serpihan batu menjadi senjata pendek, seperti karpu (sejenis pisau atau belati) dan juga dijadikan perkakas sehari-hari, seperti kapak batu genggam dan beliung.

"Kelompok masyarakat Kerinci pertama yang memiliki kemampuan mengolah besi jadi senjata dan perkakas adalah masyarakat Desa Pendung Koto Padang di Kecamatan Air Hangat," katanya.

Hingga saat ini desa tersebut masih menjadi pusat perajin senjata dan perkakas. Produksi mereka bahkan dipasarkan sampai daratan Malaysia.

Sebagai senjata tradisional, pedang selangkeh dipercaya memiliki daya magis, kesaktian, dan tuah yang akan memengaruhi pemilik atau pemegangnya, seperti mampu menjadi kebal senjata tajam, mampu menghilang, dan mampu melompat tinggi di udara.

Bahkan pada masa peperangan dengan kolonial Belanda, Depati Parbo dan pasukannya semuanya menggunakan selangkeh. Selain itu, sang Depati memang juga memiliki sebilah keris.

Menurut budayawan Kerinci, Iskandar Zakaria, keris masuk ke Kerinci dan dikenal sebagai senjata sakti sejak terjadinya asimilasi kebudayaan Jawa ketika terjadi ekspedisi Pamalayu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com