PONTIANAK, KOMPAS.com — Pesawat MA-60 produksi China yang dipakai oleh maskapai Merpati Nusantara Airlines dan jatuh di Kaimana, Papua Barat, pekan lalu, ternyata didesain untuk kepentingan militer, bukan untuk alat angkut komersial. Spesifikasi pesawat militer dan komersial sangat berbeda.
Demikian dikatakan oleh mantan Direktur Komersial PT Dirgantara Indonesia Ilham Akbar Habibie, Jumat (13/5/2011) di Pontianak, Kalimantan Barat. "Filosofi dasar pembuatan pesawat untuk militer dan komersial jelas berbeda. Militer difokuskan untuk menang perang dan terbang sesekali, sedangkan komersial dipakai untuk mengangkut orang setiap hari," kata Ilham dalam seminar "Iptek dan Keramahan Sosial" di Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Ilham yang pernah bekerja di pabrikan pesawat Boeing itu mengatakan, pesawat jenis MA-60 pada awalnya dirancang oleh Antonov, Rusia, sebagai pesawat militer. "Itu dari sisi teknologi berbeda karena rancangan dasarnya berbeda," kata Ilham.
Ilham mengaku tak ingin menuduh pihak mana pun terkait kecelakaan pesawat Merpati di Kaimana yang menewaskan semua penumpang dan awak pesawat. Namun, dia berharap, fakta-fakta terkait pesawat itu dibuka.
Ilham menambahkan, pesawat komersial perintis yang dibutuhkan Indonesia semestinya dibuat di dalam negeri karena Indonesia telah memiliki pabrik pesawat terbang, yakni PT Dirgantara Indonesia. "Yang tahu kondisi wilayah itu kita sendiri. Itu akan sangat berpengaruh terhadap rancangan desain pesawat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.