Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saya Siap Ditembak Mati asal Buruh Sejahtera

Kompas.com - 01/05/2011, 16:55 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Ketua Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Pusat Lutfhi Hafidz menyatakan siap ditembak mati asal pemerintah juga siap menyejahterakan buruh dan mengadili pengusaha yang melakukan diskriminasi kepada buruh. 

"Kepada pemerintah, polisi, dan juga TNI, saya nyatakan, saya siap ditembak mati asal pemerintah juga siap menyejahterakan para buruh yang ada di Indonesia. Saat ini buruh sudah tidak percaya lagi pada pemerintah, apalagi pengusaha," teriaknya dalam orasi di depan ratusan buruh yang menggelar aksi di depan gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (1/5/2011). 

"Saya sudah pernah dipenjara demi memperjuangkan buruh. Rumah saya sudah pernah diberondong peluru. Saat ini tinggal mati yang belum. Daripada melihat buruh sengsara, lebih baik saya mati ditembak demi kesejahteraan buruh," teriaknya lantang. 

Pada awal 2010, rumah Lutfhi Hafidz memang pernah diberondong peluru oleh orang tak dikenal. Untung tidak ada yang terluka dalam peristiwa tersebut. "Hingga saat ini kasus tersebut belum bisa diungkap oleh pihak kepolisian," katanya. 

Terkait persoalan buruh, ia mengungkapkan, hingga saat ini ada 235 orang buruh dari Pabrik Rokok Delapan Wijaya, Kabupaten Malang, yang belum menerima uang pesangonnya. "Beberapa hari ke depan, saya bersama buruh di Malang Raya akan mendatangi pemilik PR Delapan Wijaya, yakni Dwi Kumalasari, selaku pemilik PR Delapan Wijaya. Saya harus ketemu dengan dia," katanya.

"Silakan polisi tangkap saya, silakan TNI tembak saya. Saya rela mati demi memperjuangkan buruh. Saya bersyukur, tadi saat mau aksi, dari rumah dikawal oleh anggota polisi. Sekarang sudah saatnya buruh merdeka," teriaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com