Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agus, Dulu Perambah Kini Pembina

Kompas.com - 24/04/2011, 15:30 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Rusaknya daratan di hulu Sungai Cisanti, Bandung Selatan, Jawa Barat, sejak 1990-an hingga saat ini membuat Agus Darajat (44) sadar. Mantan perambah hutan tersebut kini aktif menyadarkan petani sayuran semusim lain untuk melestarikan daerah penghasil air bagi Sungai Citarum itu.

Agus masih ingat betul kondisi hutan di kaki Gunung Wayang, hulu Cisanti, lebat ditumbuhi pohon di sekitar tahun 1987. Saat itu belum ada perambah yang membabat pohon untuk dijadikan lahan pertanian.

"Gunung Wayang masih seram waktu itu," kata Agus kepada tim Ekspedisi Sungai Citarum pertengahan Maret 2011.

Satu tahun kemudian, Agus dan para petani lain mulai masuk ke kawasan petak 73 milik Perhutani. Tak tanggung-tanggung, ia merambah hutan hingga 15 hektar. Masih sedikitnya jumlah penduduk saat itu membuat Agus dan warga lain dapat memiliki lahan garapan luas.

Omzet bertani sayuran semusim yang besar membuat warga tergiur. Sebagai contoh, kata Agus, 1 hektar dapat menghasilkan kentang hingga 15-20 ton. Komoditas unggulan lain di situ adalah kubis, wortel, dan daun bawang.

Warga dari daerah lain kemudian masuk dan ikut merambah hutan hingga semakin tak terkendali. Akhirnya, jumlah penduduk pun tidak sebanding dengan lahan yang ada. Aktivitas itu, kata Agus, terjadi hingga tahun 2002.

"Warna Gunung Wayang kelihatannya cuma coklat, pohon habis ditebang. Danau Cisanti surut, penuh sedimentasi. Pemerintah tahun 90-an masih pakai cara-cara represif. Tentara nginap di atas, masyarakat dipaksa turun. Tentara pergi, masyarakat naik lagi. Jadi, enggak berhasil," cerita Agus.

Melihat kondisi hulu Cisanti begitu memprihatinkan, Agus lalu sadar dan mengajak pimpinan petani berubah. Mereka kemudian membuat Forum Petak 73. Forum itu dijadikan wadah untuk menampung aspirasi petani sebelum diteruskan ke pemerintah.

"Waktu itu aspirasi petani mau turun dan tinggalkan perambahan. Tapi kami diberi apa? Pemerintah tanya petani mau apa? Kami jawab kami mau sapi. Lalu, muncul program alih profesi, alih komoditas, alih lokasi," ujar suami dari Elit Siti M (41) dan ayah dari lima putri, yakni Rihana (2,5), Bela (6), Sofia (12), Eva (15), dan Anggi (20), ini.

"Pemerintah kasih domba 580 ekor. Satu petani dapat 11 ekor. Itu jumlah yang pas buat beternak. Tapi terjadi permasalahan karena enggak semua petani dapat. Dari pada ribut, kami bagi rata dombanya, jadi masing-masing dua ekor. Pikiran saya yang penting mereka turun dulu. Tapi, akhirnya malah dijual," tambah Agus.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com