Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Pagar Listrik dengan Arus Searah

Kompas.com - 07/04/2011, 03:47 WIB

Jambi, Kompas - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi merancang contoh pagar listrik yang aman bagi satwa liar pada sekitar perkebunan sawit milik masyarakat. Petani yang selama ini menggunakan pagar setrum arus bolak-balik diimbau menggantinya dengan jenis arus searah.

Kiat ini dirintis demi menghindari kemungkinan satwa liar mati tersengat listrik, seperti yang menimpa dua harimau sumatera di Desa Air Itam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dua pekan lalu.

Kepala BKSDA Jambi Tri Siswo, Rabu (6/4), mengatakan, selama ini masyarakat yang mengelola kebun di perbatasan Taman Nasional Berbak (TNB) menggunakan pagar listrik dengan jenis setrum arus bolak-balik (AC). Pagar semacam ini sangat tidak aman bagi satwa maupun manusia di sekitarnya.

”Manusia maupun satwa yang menyentuhnya sangat berisiko tersengat listrik, dan itu amat berpotensi mematikan,” kata Tri.

Karena itu, menurut Tri, seluruh pagar listrik di perkebunan harus diganti dengan jenis arus satu arah (DC). Arus listrik satu arah relatif aman bagi satwa dan manusia. ”Risikonya, hanya sebatas tubuh akan tertolak atau terlempar.

”Tahap awal, kami akan pasang dahulu pada pertengahan tahun ini sebagai contoh bagi masyarakat. Selanjutnya, masyarakat diharapkan ikut mengganti pagar mereka dengan sistem yang aman bagi satwa liar,” katanya.

Akhir Maret lalu, dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) mati tersengat kawat listrik yang memagari perkebunan sawit warga di Desa Air Itam Laut. Kedua harimau diduga berasal dari kawasan TNB. Curah hujan yang masih cukup tinggi belakangan ini mengakibatkan sebagian besar kawasan gambut ini tergenang air. Harimau keluar dari hutan untuk mencari tempat hunian yang lebih nyaman sekaligus mencari sumber makanan.

Karena sebagian besar wilayah di sekitar taman nasional tersebut telah diisi tumbuhan monokultur, akhirnya harimau-harimau itu kesulitan memenuhi hasratnya. Pada sisi lain, akses hewan untuk menjangkau perkebunan sudah terhalangi pagar listrik.

Sementara itu, konflik antara manusia dan gajah di Desa Sekutur Jaya, Kecamatan Serai Serumpun, Kabupaten Tebo, mulai menemui solusi. Masyarakat setuju agar kebun sawit mereka dalam areal transmigrasi yang merupakan jalur perlintasan gajah, direlokasi ke tempat yang baru. Pemerintah Kabupaten Tebo, Jambi, menawarkan sekitar 500 hektar lahan di kawasan perkebunan sawit swasta sebagai lokasi baru kebun sawit bagi warga setempat.

Adapun lokasi kebun sawit yang lama akan menjadi lokasi pengembangan ekowisata. Kawanan gajah di area tersebut berada pada satu koridor yang dibatasi tanggul besar, untuk menekan kemungkinan gajah masuk ke perkebunan yang baru. Letaknya yang berada di sekitar penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh, juga sangat berpotensi untuk pengembangan wisata.

”Kebun sawit yang lama ini merupakan area jelajah gajah sumatera, sangat mungkin dikembangkan untuk wisata minat khusus,” ujar Didy Wurjanto, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi.

Menurut Didy, relokasi diyakini dapat menyelesaikan konflik antara masyarakat dan gajah.

(ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com