Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Kesembuhan di Sumber Mata Air...

Kompas.com - 16/03/2011, 13:31 WIB

KOMPAS.com — Nasu Obet (52) bersama tujuh anggota keluarganya membawa jeriken berjalan menuju sumber mata air Oefatu, Desa Tesbatan Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sumber mata air ini diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit. Setiap hari ada puluhan orang datang ke sumber air ini.

Mereka membawa jeriken dan galon, mengambil air sekaligus mandi, atau membasahi bagian tubuh yang terasa sakit. Sebelum mengonsumsi air atau mandi, mereka didoakan oleh juru kunci, Oktovianus Nistano (45), persis di sumber mata air itu.

Juru kunci sumber air Oefatu (Tesbatan), Oktovianus Nistano di Tesbatan, Jumat (12/3/2011),  mengatakan, para pencari kesembuhan ini datang dari Kabupaten dan Kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara bahkan dari luar Nusa Tenggara Timur. Mereka datang sambil berharap mendapat kesembuhan dari beban penyakit yang diderita.

Pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur jumlah pengunjung sampai ratusan orang, tetapi hari biasa berkisar 20-50 orang. Mereka ramai-ramai membawa jeriken, botol, dan galon untuk mengisi air yang berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. "Kebanyakan mereka sudah berulang kali menjalani pengobatan di rumah sakit, dokter praktik, dan paranormal tetapi tidak tertolong," kata Nistano.

Lonjakan pengunjung terjadi pada musim kemarau (Juni-November). Pada saat itu jumlah pengunjung sampai ribuan orang per hari. Bahkan, banyak di antara mereka sampai menginap di sekitar sumber mata air itu.

Ia mengatakan pernah mencatat sampai 2.753 orang per hari, yakni 16 Agustus 2010. Mereka datang dari pukul 06.00 pukul 23.00 Wita. Nistano bersama tiga adiknya pun menunggu di lokasi itu sampai pagi hari. Tetapi kegiatan mencatat ini butuh tenaga khusus, yang harus dibayar, ia pun berhenti. Air itu diambil cuma-cuma, tanpa pungutan.

Pengunjung secara sukarela memberi uang, Rp 1.000-Rp 5.000 kepada para pemikul air, dari sumber mata air menuju tempat parkir kendaraan, sekitar 50 meter. Kendaraan tidak langsung menuju sumber air karena lokasi air berada di dalam tebing.

Juru kunci dan pemikul tidak diperkenankan memeras atau meminta biaya. Nistano selaku juru kunci pernah mengalami sakit berat setelah meminta bayaran Rp 20.000 per pengunjung. Tetapi setelah tiba di rumah sakit umum Kupang, pihak rumah sakit sama sekali tidak menemukan sakit yang diderita Nistano.

"Saya pulang dari rumah sakit kemudian beramal dengan membagikan uang hasil pungutan sekitar Rp 500.000 kepada orang-orang miskin di pasar. Kemudian saya mandi dan minum dari sumber mata air itu, sembuh sampai hari ini. Ternyata, apa yang diberikan dengan cuma-cuma oleh Tuhan, jangan diperjualbelikan, memeras atau membebani orang lain," katanya.

Awal mula penemuan sumber air berkhasiat ini, ketika Nistano mengalami sakit batu empedu, dan malaria kambuh, 2007, ia divonis dokter di RSUD Kupang, harus menyediakan uang Rp 30 juta untuk operasi batu ginjal di Jakarta. Jika tidak, dalam jangka waktu dua pekan lagi, ia akan meninggal dunia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com