Sitorus menyatakan, pembatasan premium bersubsidi tidak tepat diberlakukan untuk mikrolet, tetapi seharusnya diterapkan pada kendaraan pemerintah.
”Kalau mikrolet yang dibatasi, itu sama saja membunuh mikrolet dengan pelan-pelan,” ujar Sitorus.
Adapun Asmi, sopir mikrolet lainnya, mengatakan, kebutuhan premium sebuah mikrolet ratarata 40 liter per hari.
Menurut Asmi, mereka harus mengembalikan mikroletnya dalam kondisi mobil terisi cukup bahan bakar untuk hari berikutnya.
Rohman, sopir mikrolet M-09 di Kebayoran Lama, mengatakan, kalau memang ada pembatasan harus ada hitunghitungan yang tepat dulu terkait kebutuhan setiap angkutan umum. ”Kalau saya dari pagi sampai sore bolak-balik Tanah Abang-Kebayoran Lama paling tidak habis Rp 100.000. Soalnya sekarang banyak kena macet, bensin boros. Mungkin berbeda dengan kebutuhan bensin angkot dari Kebayoran Lama ke Ciledug,” katanya.
Jika pembatasannya disamaratakan, Rohman khawatir bakal memicu kekacauan karena yang kekurangan pasokan bahan bakar bisa protes.