Semburan Gunung Lokon (1.689 meter dari permukaan laut) muncul sejak Selasa lalu. Selama dua hari terakhir, sebagian wilayah Kota Tomohon ”bermandikan abu”. Dampak letusan dirasakan warga di daerah tetangga, yakni Kota Manado dan Kabupaten Minahasa (keduanya berjarak 30 kilometer dari Tomohon).
Farid Ruskanda, petugas Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, mengatakan, letusan Gunung Lokon bersifat freatik atau letusan di permukaan, bersumber dari kawah Tompaluan. ”Letusan freatik tidak
Gunung api Lokon sendiri sejak tahun 2007 telah berstatus waspada menyusul sejumlah letusan pada tahun itu. Sejak saat itu Pemerintah Kota Tomohon menutup lokasi tersebut dari kegiatan pendakian. Gunung Lokon yang berpanorama indah merupakan ikon Tomohon.
Letusan Gunung Lokon membuat panik warga yang mendiami kaki Gunung Lokon, seperti kawasan Kakaskasen dan Kinilow, Kecamatan Tomohon Utara. ”Kami siap-siap mengungsi jika Lokon masih meletus sampai Kamis besok,” kata Herdi Togas (47), warga Kinilow, yang berdiam di radius 5 kilometer.
Herdi mengakui, letusan Lokon kemarin memang sudah agak berkurang dibanding Selasa lalu. Namun, ia dan warga sekitar tetap cemas. Semburan abu Lokon hari Selasa berbentuk cendawan setinggi 500 meter.
Pelaksana Tugas Wali Kota Tomohon Jemmy Eman mengatakan, pemerintah siap mengevakuasi 10.000 warga di kaki Gunung Lokon apabila aktivitas gunung api terus meningkat.
Petugas pos pengamatan gunung api Lokon, Farid, mengatakan, letusan yang terjadi Selasa dan Rabu tidak menaikkan status Gunung Lokon dari waspada. Farid mengamati, gempa yang terjadi di gunung tersebut masih pada batas kewajaran, yakni 3-5 kali sehari.
Kemarin, letusan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terus berfluktuasi dan meningkat. Muhammad Syafii, Kepala Pos Pantau Gunung Bromo, mengatakan, jika sehari sebelumnya jumlah letusan hanya 9 kali dengan amplitudo maksimal 40 milimeter, kemarin letusan meningkat 25 kali dengan amplitudo maksimal 37-40 milimeter dan lama letusan 18-45 detik.
Seiring gemuruh permukaan bawah tanah di bagian bawah Gunung Wilis muncul rekahan tanah selebar 3 meter dengan panjang 1 kilometer. Lokasi rekahan dilaporkan berada di dataran tinggi bagian utara yang tidak dihuni warga. Secara administratif, area rekahan itu masuk wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.