Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flu Burung, Pengusaha Telor Pun Bangkrut

Kompas.com - 22/02/2011, 21:34 WIB

GARUT, KOMPAS.com - Penyebaran virus H5N1 yang telah mematikan ratusan unggas di Desa/Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyebabkan pengusaha telur di Desa tersebut bangkrut dan beralih menjadi buruh tani.

"Akibat 150 ekor ayam petelur milik saya mati semuanya, karena terserang flu burung, padahal usaha ini adalah satu-satunya penghasilan saya," kata pemilik usaha telur Dindin (40) saat ditemui di rumahnya, Kampung Warung, Desa Banyuresmi, Garut, Selasa (22/2/2011).

Penyebaran virus yang mematikan seluruh ayam ternaknya itu, diakui Dindin, telah merugi sekitar Rp 10 juta dan nasibnya kini hanya menggantungkan pada penghasilan sehari-sehari sebagai buruh tani lahan milik tetangganya.

Peristiwa tersebut, dijelaskan Dindin, awalnya hanya satu ekor ayam yang mati dan menganggap kematian ayamnya itu biasa kemudian ayam lainnya segera diberi obat dan makanan.

Sepekan kemudian, ditemukan ayam petelurnya mati lagi dan terus bertambah hingga akhirnya habis tidak menyisakan satu ekor ayam yang hidup.

"Terakhir beberapa hari lalu 30 ekor ayam saya mati, setelah itu saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya pasrah saja, karena ini musibah," katanya dengan nada sedih.

Usaha telur yang telah dijalaninya selama setahun itu, mampu mencukupi kebutuhan keluarganya dari penghasilan menjual telur sebanyak 6 kg per hari dengan harga Rp 13 ribu per Kg.

Usaha telur yang belum cukup besar itu, Dindin mengaku setiap hari mendapatkan uang dari hasil penjualan minimal Rp 78.000, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan modal tambahan mengembangkan usaha.

Menurunnya penghasilan penjualan telur konsumsi itu, Dindin berharap dengan menjadi buruh tani bisa bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan keluarganya, terutama untuk makan sehari-hari.

"Pokoknya saya mau bekerja apa saja, meskipun harus menjadi buruh tani, mencangkul atau memamanen yang penting saya mendapatkan penghasilan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com