Pekanbaru, Kompas
Seluruh penumpang yang berjumlah 213 orang dan 198 orang selamat. Satu orang yang dibawa ke rumah sakit karena shock pada Senin malam.
Tergelincirnya pesawat Lion Air tersebut merupakan yang ketiga kalinya di Pekanbaru. Manajer Bandara Ibnu Hasan mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab tergelincirnya dua pesawat tersebut. Dia hanya menyatakan, cuaca buruk merupakan salah satu pemicu kejadian. Pada saat kejadian, hujan deras mengguyur kota sejak sore dengan jarak pandang minim.
Riri (20), penumpang pesawat Lion Air, kecewa atas penanganan penumpang pasca-tergelincirnya pesawat. Kakaknya, Lusti, yang shock dan pingsan, karena berdesakan saat keluar pesawat, tidak segera mendapat pertolongan ketika sampai di ruang kedatangan.
Pasca-kejadian pada Selasa malam membuat bandara ditutup untuk sementara. Pendaratan pesawat Lion Air dari Jakarta (LNI 294) dialihkan ke Medan dan Batavia (BTV 561) dialihkan ke Batam. Keberangkatan pesawat Batavia dari Pekanbaru ke Jakarta yang seharusnya pukul 18.00 WIB ditunda hingga evakuasi pesawat selesai.
Dari Pontianak diberitakan, tenggelamnya Kapal Layar Motor Rahmatia Sentosa di alur masuk pelayaran muara Sungai Kapuas, Kamis (10/2) malam, menyebabkan distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke Kalimantan barat terganggu. Akibatnya, sejak Minggu (13/2) sebanyak 400 truk kontainer tak bisa mengirimkan berbagai barang kebutuhan pokok dari Pontianak ke sejumlah wilayah di Kalbar karena tak ada jaminan ketersediaan bahan bakar untuk kembali ke Pontianak.
”Dari 900 truk kontainer yang biasa mengirim barang, hanya 500 yang beroperasi. Itu pun hanya di Kota Pontianak dan sekitarnya,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Gabungan Pengusaha Ekspedisi, Logistik dan Forwarder Indonesia Kalbar Retno Pramudya.
Akibatnya, kata Retno, ratusan buruh tidak bisa bekerja dan distribusi bahan kebutuhan pokok ke pedalaman terganggu. Krisis makanan di pedalaman akan terjadi dalam empat hari ke depan jika pasokan BBM belum lancar.