Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Dini Lahar Merapi

Kompas.com - 26/01/2011, 04:06 WIB

Kemudian perekayasa di BPPTK berhasil merancang sistem serupa dengan mengadopsi teknologi AS itu. Dua alat hasil rekayasa itu dipasang di Kali Gendol pada tahun 2006.

Sejak November tahun lalu, telah terpasang lima geofon di lereng selatan Merapi, yaitu di Kali Gendol (1), Kali Opak (1), Kali Kuning (1), dan Kali Boyong (2). Dengan bantuan dana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, akan dipasang sembilan geofon di lereng barat.

Geofon dipasang pada jarak 5 hingga 7 km dari puncak Merapi. Begitu terpantau pergerakan material merapi, geofon akan mengirimkan sinyal ke pusat pemantau. Peringatan dini ini diteruskan ke masyarakat.

Menurut perkiraan Subandriyo, material vulkanik berupa lahar memakan waktu 15 menit hingga setengah jam untuk sampai ke lereng gunung berapi itu.

Penakar hujan

Selain geofon pada sistem peringatan dini banjir lahar, juga dipasang alat penakar curah hujan otomatis yang lokasinya 2 km dari puncak gunung. Dengan pemantauan lebih ke hulu, peringatan bahaya lahar ke masyarakat bisa sampai lebih awal.

Sistem pengukur curah hujan jarak jauh secara langsung atau realtime dirancang oleh Sunarno, Guru Besar Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik UGM.

Sistem yang terpasang di Balerante itu mengirimkan data berupa informasi analog, menggunakan frekuensi audio. Pengoperasiannya melibatkan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia DI Yogyakarta. Tujuannya agar masyarakat umum yang memiliki HT (handy transceiver) dapat turut memantau dan menyampaikan peringatan dini ke masyarakat. Saat ini anggotanya ada sekitar 7.000 orang.

Masyarakat dapat memantau di frekuensi 144,125 MHz dan 431, 125 MHz. Dari suara, semakin tinggi nada, semakin deras. ”Pada saat hujan sangat deras suaranya mirip sirene, sedangkan pada saat tidak hujan terdengar nada stand by setiap tiga detik,” urai Sunarno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com