Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gayus, Oh Gayus...

Kompas.com - 21/01/2011, 13:59 WIB

KOMPAS.com- "Dunia ini panggung sandiwara. Cerita yang mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan. Yang harus kita mainkan Ada peran wajar, dan  ada peran berpura pura. Mengapa kita bersandiwara? Mengapa kita bersandiwara…...”.

Lagu yang pernah dipopulerkan Achmad Albar dan juga Nicky Astria itu meluncur dari bibir seorang pengamen di sebuah bus kota di Jakarta. Tidak merdu memang, tetapi yang menarik dari pengamen itu memang bukan lagu dan suaranya. Melainkan orasi yang disampaikannya sesudah dia menyanyi.

Dengan lantang sang pengamen ini kemudian berorasi tentang Gayus Tambunan. Pemberitaan yang gencar tentang terpidana mafia pajak itu membuat namanya populer di kalangan rakyat kecil.

"Gayus, oh Gayus, paling pintar sandiwara. Pintar akting juga, pakai rambut palsu dan kacamata. Ckckckc… Hebat kau, Gayus. Makan uang rakyat triliunan rupiah. Di mana pikiran polisi dan semua yang mengurus Gayus? Katanya dia mafia pajak, hukum yang berat dong, biar tahu rasanya menderita seperti rakyat kecil," seru lelaki pengamen itu, Jumat, (21/01/2011).

Bukan hanya pengamen jalanan saja yang bicara soal Gayus. Seorang sopir mikrolet, Kadiman, pun punya catatan tentang “bintang drama” mafia pajak ini.

"Saya ini orang bodoh, tapi saya saja sampai tahu soal Gayus. Soalnya nama dia di mana-mana sih. Dia makan uang negara banyak banget. Katanya dia mau bantu bongkar kasus-kasus. Mana buktinya," katanya sambil tertawa sinis.  Kadiman memang tak pernah absen mendengar berita Gayus melalui radio di mikroletnya.

Gayus Halomoan Tambunan, mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak golongan IIIa, divonis 7 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ia didakwa melakukan tindak pidana korupsi sebesar Rp 570 juta saat menangani keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal.

Gayus juga didakwa memberi uang suap kepada penyidik Bareskrim Mabes Polri sebesar 760.000 dollar AS atau sekitar Rp 6,8 miliar. Selain menyuap penyidik, ia pun didakwa menyuap hakim Muhtadi Asnun, Kepala PN Tangerang, sebesar 40.000 dollar AS atau sekitar Rp 360 juta. Terakhir, Gayus didakwa memberi keterangan palsu terkait asal usul uang Rp 28 miliar yang diblokir penyidik.

Aji, seorang penjual nasi goreng di Kawasan Joglo, Jakarta Barat, pun punya komentar soal lelaki berkepala plontos ini. "Saya heran kok Gayus bisa bayar semua orang ya? Berapa sih duitnya? Pak Presiden mbok tegas gitu lho," ujar Aji.

Pakar komunikasi massa Universitas Indonesia, Ade Armando, mengisyaratkan, ungkapan hati masyarakat ini merefleksikan kekecewaan mereka terhadap pemerintah dan Gayus. Pemerintah dinilai lemah dalam menyelesaikan kasus mafia pajak dan mafia hukum tersebut.

"Saya rasa wajar masyarakat berlaku demikian. Ini sebenarnya anti klimaks, karena dulu masyarakat berekspektasi Gayus akan membongkar kasus yang tersembunyi. Dia sendiri kan mengatakan demikian. Dia juga sering menertawakan aparat hukum yang dia tahu persis kesalahan-kesalahan mereka. Masyarakat kan jadinya senang dan berharap dia bisa bongkar semuanya, tapi itu belum terwujud. Penegakan hukum oleh pemerintah pun lemah sekali, " jelas Ade saat dihubungi Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com