Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solidaritas Warga Miskin

Kompas.com - 10/01/2011, 04:25 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Lewat program ”Segoro Amarto” yang diperkenalkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, warga miskin Kota Yogyakarta, Sabtu (8/1), mengaku mulai merasakan manfaat program gotong royong antar-warga miskin untuk mengatasi beban kemiskinan.

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah meluncurkan uji coba program penanggulangan kemiskinan model baru, Segoro Amarto (semangat gotong royong agawe majune Ngayojakarto) ini, akhir Desember 2010.

Program tersebut mulai dirintis di 10 rukun warga (RW) di tiga kelurahan, yakni Kricak (Kecamatan Tegalrejo), Sorosutan (Umbulharjo), dan Tegalpanggung (Danurejan).

Untuk meringankan beban perekonomian, warga Kali Code memberlakukan iuran wajib bulanan Rp 2.000 per kepala keluarga (KK). Dana itu dimanfaatkan untuk membantu pengobatan warga yang dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia.

Warga di Sorosutan mengaku sudah mulai bermusyawarah tentang cara pengentasan kemiskinan di tiga RW, yaitu RW 11, RW 12, dan RW 13. Jumlah warga miskin Kota Yogyakarta saat ini masih mencapai 17 persen dari total populasi 480.553 jiwa.

Gerakan Segoro Amarto, menurut Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, akan melibatkan semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan berbasis lingkungan RW. Program ini akan berjalan beriringan dengan program pengentasan kemiskinan lainnya.

Warga Code

Sebagian penduduk di pinggiran Kali Code, Yogyakarta, rata-rata berpenghasilan Rp 30.000 per minggu. Tingginya harga bahan kebutuhan pokok mengakibatkan barang kebutuhan sering tak terbeli.

Ngatiyem, penduduk Kampung Code Utara, mengaku harus ekstra berhemat. Dia mengakui pula biasanya memperoleh bantuan lauk dari tetangga sekitar. ”Belum sampai kelaparan, tetapi harga kebutuhan pokok sudah sangat mahal,” ujar Ngatiyem.

Ketua Rukun Tetangga (RT) 01 Kampung Code Utara Darsan menambahkan, warga harus saling bergotong royong agar bisa bertahan di tengah kondisi perekonomian yang berat.

Penduduk miskin Kota Yogyakarta, seperti di Kali Code, umumnya merupakan perantauan dari luar kota, dan mayoritas berasal dari Boyolali dan Temanggung, Jawa Tengah.

Menurut Darsan, warganya sepakat menolak kehadiran warga baru ke lokasi itu. Tujuannya, agar jumlah penduduk miskin di kawasan Kali Code tak kian bertambah. Sebab, 178 warga di RT 1 itu umumnya menghuni rumah petak berukuran 3 x 3 meter.

Darsan berharap pemerintah bisa menstabilisasi harga bahan kebutuhan pokok sehingga penduduk miskin tak menjadi semakin terpuruk.

Menguras tabungan

Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mayoritas dari 155 nelayan anggota Koperasi Mina Karya Makmur di Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, terpaksa menguras tabungan di koperasi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang makin mahal.

Para nelayan mengatakan, cuaca buruk membuat hasil tangkapan ikan anjlok, dan kesempatan melaut pun berkurang.

Sutrisno, Ketua Koperasi Mina Karya Makmur, Minggu (9/1), mengatakan, tabungan sebesar dua persen dari nilai transaksi pelelangan ikan yang dikelola koperasi kian cepat dicairkan akibat keterbatasan pendapatan nelayan. ”Sebelum 2009, nelayan baru mencairkan tabungan setelah 5-6 bulan, sekarang baru 5-10 transaksi sudah dicairkan,” ungkapnya.

Selain tabungan, nelayan juga memanfaatkan dana paceklik dari sisa hasil usaha koperasi. Namun, jumlahnya tak sebanding dengan harga barang kebutuhan yang terus naik.

Kepala Dinas Perikanan Jabar Ahmad Hadadi menyatakan, dana paceklik terbatas untuk membantu nelayan dalam cuaca yang tak menentu belakangan ini.

(WKM/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com