Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma, 2 Kali Ditabrak Kereta "Hantu"

Kompas.com - 05/01/2011, 08:18 WIB

Dari keterangan keluarga Misno, Rosyid meninggal bukan karena tergencet. Debu dan pasir dari reruntuhan rumah, memenuhi saluran pernafasannya hingga mengalami infeksi.

Yang menarik, peristiwa kereta menabrak rumah di perkampungan bantaran rel Stasiun Kota Lama ini bukanlah yang pertama. Tahun 2005, rangkaian gerbong tangki dari Depo Jagalan, juga menerjang rumah warga.

Makin menarik, karena yang ditabrak pun sama, yakni rumah Misno. Ketika itu, bibi Misno, Rupiatin (56), mengalami luka berat di kaki, yang dideritanya sampai sekarang.

”Karena kejadian kedua kalinya ini, kami sudah putuskan untuk tidak lagi tinggal di situ selamanya,” kata H Abdul Mujib, alias Abah Ateng, kakak Misno.

Abdul Mujib sendiri menyadari, seperti apa bahaya dan resiko tinggal di bantaran rel. Namun, ia menolak tegas tudingan rumah yang ditinggali adiknya itu adalah hunian liar.

”Tahun 1975, tanah itu saya beli Rp 2 juta dari PJKA, lalu saya bangun rumah. Ada bukti hitam di atas putihnya. Semua warga di situ juga beli tanah itu,” kata pemilik bengkel bubut ini.

Namun, ucapan Misno ini dibantah oleh Sri Winarto. ”Logikanya, tanah PT KAI itu tanah negara. Kita memang bisa menyewakannya sementara waktu, tapi tidak pernah bisa menjualnya. Setelah tabrakan 2005, kita sebenarnya sudah mensosialisasikan kepada warga di kawasan kecelakaan, agar segera pindah,” ungkap Winarto.

Kapolres Kota Malang, AKBP Agus Salim mengatakan, ada kemungkinan peristiwa yang makan korban jiwa ini disebabkan kelalaian seseorang. Namun, pihaknya masih akan menunggu hasil penyelidikan yang dibuat oleh KNKT.

Bagaimana kereta itu berjalan, masih membuat bingung sejumlah pihak, termasuk Sri Winarto sendiri. Ia mengatakan, kereta memang sangat mungkin berjalan dari Stasiun Kota Baru ke Stasiun Kotalama.

Pasalnya, kondisi geografis Kota Baru memang lebih tinggi dari Kotalama. Kota Baru berada di ketinggian 444 dpl (di atas permukaan laut), sementara Kotalama berada di ketinggian 429 dpl. ”Yang buat saya bingung, bukan bagaimana kereta itu bisa berjalan kesana. Tapi apa yang membuatnya berjalan,” cetusnya.

Kejadian ini juga membuat penumpang KA Gajayana yang menuju Jakarta keleleran di Stasiun Kota Baru. Kereta, harus terlambat satu setengah jam lebih, karena menunggu gerbong pembangkit pengganti dari Surabaya.

Sementara dua dari empat gerbong ’hantu’ ini sudah ditarik. Dua gerbong dengan mudah ditarik karena masih berada di rel. Sementara evakuasi dua gerbong lain, harus menunggu kereta crane dari Solo, karena posisinya sudah di luar rel dan masuk ke reruntuhan rumah. (Aji Bramastra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com