Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Masih Tinggi, Warga Pilih Barang Murah

Kompas.com - 28/12/2010, 08:16 WIB

Cirebon, Kompas - Harga sejumlah bahan pangan dan bumbu masak, seperti beras, telur ayam, cabai merah, dan bawang merah, masih dinilai mahal oleh masyarakat. Sebagian warga kini mulai memilih barang kualitas lebih rendah dengan harga lebih murah untuk menyiasati tingginya harga bahan-bahan tersebut.

Di sejumlah pasar tradisional di Cirebon, harga cabai merah tak kunjung turun. Terakhir, Senin (27/12), harga cabai merah eceran per kilogram mencapai Rp 35.000, sedangkan cabai rawit menyentuh Rp 45.000 per kg. Harga bawang merah lokal pun beranjak naik dari Rp 13.000 per kg pekan lalu menjadi Rp 18.000 per kg kemarin. Adapun harga telur ayam tetap di kisaran Rp 14.000 per kg.

Harga beras memang sudah mulai turun dari Rp 7.200-Rp 7.000 per kg untuk IR 64 kualitas medium menjadi Rp 6.700-Rp 6.500 per kg. Akan tetapi, harga ini bagi sejumlah kalangan belum terjangkau. Sebagian warga masih mencari beras dengan harga eceran Rp 6.000 per kg. Masih tingginya harga kebutuhan makanan dan bumbu itu memaksa sejumlah warga beralih ke bahan makanan lain yang lebih murah.

Atik, guru SD di Cileduk, Kabupaten Cirebon, terpaksa mengurangi konsumsi telur dan daging di keluarganya untuk menyeimbangkan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Jika dulu sebulan ia biasa berbelanja 2 kg telur, sekarang ia hanya membeli 1 kg. ”Selain harganya mahal, uang tak cukup soalnya semuanya serba naik,” kata ibu dua anak itu.

Lebih laris

Tempe pun menjadi alternatif makanan yang populer. Piah (45), pedagang tempe dan tahu di Pasar Kanoman, mengakui, sejak harga kebutuhan pangan tinggi, dagangannya lebih laris. Jika biasanya sehari terjual 40 papan tempe, pada bulan-bulan ini ia bisa menjual lebih dari 50 papan.

Beras paling murah juga menjadi komoditas yang paling dicari saat ini. Nurhayati, pedagang beras eceran di Pasar Sumber, mengatakan, harga beras kurang dari Rp 7.000 per kg lebih laris meskipun secara kualitas tidak begitu bagus.

”Biasanya pembeli mencampur beras kualitas baik dengan yang kualitas setara raskin. Jadi, harganya sedikit murah, namun rasanya tak terlalu buruk,” kata Nurhayati. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com