Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Batin Warga Lereng Merapi

Kompas.com - 27/12/2010, 08:29 WIB

Penduduk lereng Merapi percaya, hal terpenting dalam hubungan orang desa sekitar Merapi dengan lingkungannya adalah keseimbangan. Keyakinan itu terkadang tak tertangkap logika orang modern sehingga sering kali dicap takhayul belaka.

Buku ”Merapi dan Orang Jawa, Persepsi dan Kepercayaannya” ini ingin menyingkap, di balik sistem kepercayaan itu tersembunyi sistem pengetahuan lingkungan alam. Penulisnya, sarjana Antropologi UGM Lucas Sasongko Triyoga, mendasarkan penulisan buku dari penelitian antropologinya pada September 1984-Mei 1985.

Disajikan secara bertutur, buku ini diawali sejarah desa-desa yang menjadi daerah penelitiannya. Lucas tinggal dan mengikuti kegiatan sehari-hari penduduk di tiga permukiman tertinggi di Merapi, yaitu Kinahrejo serta Turgo di Sleman dan Desa Plalangan, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Dengan alasan antropologis, desa-desa itu disamarkan dalam bukunya, Kinahrejo menjadi Korijawa, Turgo menjadi Kawastu, dan Plalangan menjadi Wukirsari.

Dikisahkan, Kinahrejo dan Turgo pertama kali dihuni para pelarian sistem tanam paksa pemerintah penjajahan Belanda. Kinahrejo, yang musnah diterjang lahar dan awan panas, dulunya hutan kina. Di desa inilah, para juru kunci Gunung Merapi tinggal membantu Keraton Yogyakarta ketika mengadakan labuhan Merapi.

Buku yang pernah diterbitkan ini diterbitkan lagi dengan memasukkan erupsi Merapi 2010 sebagai pembaharuan. Salah satu tokoh kunci penelitian ini adalah Juru Kunci Merapi Mbah Maridjan yang tewas pada erupsi 26 Oktober dan para asistennya (jajar). Lucas juga mewawancarai sejumlah tokoh dan warga.

Meski variasinya berbeda-beda, sistem kepercayaan di tiga desa ini pada dasarnya mempunyai satu benang merah. Penduduk di sana percaya, Gunung Merapi merupakan keraton makhluk halus dan tempat bersemayamnya roh leluhur.

Keraton Makhluk Halus Merapi ini saling berhubungan dengan Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, dan Keraton Makhluk Halus Laut Selatan yang dipimpin Nyai Roro Kidul. Makhluk halus dan roh para leluhur akan melindungi penduduk dan membantu mereka bila mereka bertindak baik serta selaras dengan alam dan sesamanya.

Di sisi lain, makhluk halus dan roh para leluhur akan memberi malapetaka jika mereka bertindak sebaliknya. Malapetaka dapat muncul dalam bentuk gagal panen, hama, maupun penyakit. Panduan hidup selaras ini muncul dalam berbagai syarat, pantangan, dan selamatan yang sering kali sulit dipahami logika yang kaku.

Sementara itu, erupsi Merapi, bagi penduduk sekitar, merupa- kan sesuatu yang alami dan memang harus terjadi. Bagi mereka, kehidupan di kota yang penuh tekanan lebih menakutkan dibanding erupsi Merapi, yang kedatangannya bisa diketahui sebelumnya dan dapat dihindari.

Memahami erupsi

Erupsi merupakan saat-saat Keraton Merapi berpesta atau penghuni Merapi berkunjung ke keraton Laut Selatan. Penduduk juga percaya, Merapi akan meletus besar setiap tahun Jawa Wawu karena Eyang Merapi sedang merenovasi keraton dan berkunjung besar-besaran ke Nyai Roro Kidul.

Menurut sistem kepercayaan ini, kerusakan lahan pertanian akibat erupsi berarti tanaman sedang dipinjam penguasa Merapi, dan nantinya dikembalikan berlipat ganda.

Lucas menjelaskan, sistem kepercayaan ini cara penduduk beradaptasi dan menempatkan dirinya sebagai bagian ekosistem alam. Pada pemikiran ini, manusia bukan untuk menguasai alam, tetapi menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui semua kearifan ekologi.

Meskipun tampaknya terbalut mistisisme, sistem kepercayaan ini logis. Kepercayaan penduduk bahwa Merapi akan meletus besar tiap Tahun Jawa Wawu, atau setiap sekitar delapan tahun sekali, misalnya, sesuai data sejarah. Merapi meletus besar tiap 7,5 tahun sekali.

Pantangan penduduk untuk tidak menggunakan tanah berpasir dan mengandung banyak materi vulkanik—karena dihuni makhluk halus jahat—pun cukup logis karena tanah jenis ini kurang subur untuk pertanian.

Di bagian penutup diungkapkan, sistem kepercayaan penduduk yang mengutamakan keselarasan sering kali tak sejalan dengan pemerintah yang ingin menekan jumlah korban dan kerugian akibat erupsi Merapi. Pemerintah sebaiknya tidak mengejar target transmigrasi maupun relokasi karena sebagian besar penduduk Merapi akan memilih kembali ke desa.

Pemerintah sebaiknya melibatkan penduduk Merapi mengatasi bencana Merapi serta program-program pemerintah. Pemerintah perlu mengambil peran sebagai pembimbing dan pemberi dana untuk memajukan kehidupan penduduk lereng Merapi. (IRENE SARWINDANINGRUM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com