Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras Organik, Ikon Sragen

Kompas.com - 22/12/2010, 05:32 WIB

Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung pangan Provinsi Jateng. Tak hanya itu, Sragen juga dinilai sebagai pionir produsen beras organik di wilayah Surakarta, karena sejak tahun 2001 konsisten memproduksi beras organik. Tak heran jika saat ini beras organik menjadi salah satu ikon Kabupaten Sragen.

Bermula dari tujuan utama untuk memperbaiki kondisi lahan pertanian, kini pertanian beras organik telah dirasakan memberi dampak peningkatan ekonomi petani yang menggelutinya.

Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Sragen Budiharjo menyebutkan, di Kabupaten Sragen saat ini terdapat 185 hektar lahan sawah organik murni yang melibatkan 500-600 petani dengan produksi rata-rata 10 ton beras per hektar per tahun.

Lahan ini tersebar di Desa Sukorejo dan Jetis, Kecamatan Sambirejo, yang sudah tersertifikasi. Lahan ini berada di lereng utara Gunung Lawu. Sedangkan untuk lahan sawah semiorganik mencapai 3.000 hektar dengan areal tanam rata-rata 7.000 hektar per tahun.

Pada tahun 2010 nanti akan dibentuk klaster beras organik, serta perbaikan di beberapa aspek, yakni penyediaan pupuk organik dan kelembagaan petani.

Sebelumnya, petani membuat pupuk secara manual. Namun kini, petani menggunakan alat pengolah organik (APO) yang dibeli secara swadaya, dana bantuan, atau pinjaman. Kapasitas produksi pupuk pun dapat diperbesar dan petani dapat menjual sisa produksi pupuk untuk menambah penghasilan.

Mengapa tidak dilakukan ekstensifikasi lahan secara besar-besaran? Menurut Budiharjo, pihaknya belum berani memperluas lahan sawah organik murni karena pasar yang masih fluktuatif.

Di Kabupaten Sragen, saat ini ada tiga pihak yang mengusahakan beras organik, yakni Perusahaan Dagang Pelopor Alam Lestari (PD PAL) yang dimiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemkab Sragen, Perusahaan Beras Padi Mulya, dan Asosiasi Petani Organik.

PD PAL, menurut staf bidang administrasi, Agus Sofyani, setiap bulannya memproduksi 50 ton beras organik, yang terdiri atas beras putih jenis menthik wangi dan IR, serta beras merah varietas lokal dan Thailand.

Adapun PD Padi Mulya milik Suyamto, setiap bulan bisa memproduksi hingga 120 ton beras organik jenis menthik wangi dan beras merah.

Seleksi ketat

Suyamto bahkan mengawasi ketat kualitas beras organik produksinya. Butir beras diseleksi dengan membuang butir kuning dan hitam karena mengandung jamur aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan.

Selain itu, petani harus memanen sendiri padinya, tidak boleh ditebaskan kepada orang lain. Untuk menjamin tidak terkontaminasi dengan zat kimia, hasilnya harus langsung disetorkan ke gudang Padi Mulya.

Awalnya, kata Suyamto, cukup sulit menjual beras organik, saat ia memutuskan ikut program penanaman padi organik seperti dikampanyekan Bupati Sragen Untung Wiyono. Dalam sehari paling banyak menjual 5-10 kilogram (kg) beras.

”Secara fisik, beras organik dan bukan organik tidak terlihat bedanya, tetapi khasiatnya beda. Saya mengarahkan beras organik untuk kesehatan, seperti untuk penderita diabetes,” ujar Suyamto.

Baru tahu manfaatnya

Namun baru akhir-akhir ini orang paham manfaat beras organik sehingga usaha beras organik berkembang.

Dari segi harga, beras organik memang jauh dari harga beras biasa. Harga beras putih organik Rp 22.000 per kg dan Rp 24.000 per kg. Beras produksinya dipasarkan kepada distributor di Jakarta. Sebagian kecil ke Surabaya, Semarang, dan Solo.

PD PAL membeli gabah kering panen dari petani berselisih Rp 200-Rp 300 lebih mahal dari harga pasaran gabah kering panen non-organik. Harga jual yang ditetapkan PD PAL untuk beras organik putih jenis IR-64 seharga Rp 9.000 per kg, Rp 10.000 per kg untuk menthik wangi, dan Rp 9.500 per kg untuk beras merah lokal, serta Rp 15.000 per kg beras merah varietas Thailand.

”Petani banyak yang ingin kerja sama, tetapi kami terbentur pasar. Saat ini, seorang investor tengah penjajakan. Ia ingin membeli semua hasil produksi beras organik yang ada di Sragen,” kata Budiharjo.

(Sri rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com