Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iwak Manuk Warung Kamituwo

Kompas.com - 10/12/2010, 08:54 WIB

Di tengah hamparan tanaman padi di sawah, selalu hadir burung-burung sawah. Di daerah Kudus, Pati, Demak, dan Grobogan, burung-burung seperti belibis, blekek, srimbombok, juga burung teruk sangat mudah ditemui di tengah sawah, terutama ketika menjelang panen padi.

Burung-burung itu ternyata bisa menjadi masakan lezat bagi penggemar kuliner daging burung.

Hidangan dari daging burung ini dikenal dengan nama iwak manuk. Di Demak, salah satu warung yang menyajikan iwak manuk adalah Warung Bu Kamituwo. Warung ini terletak di Pasar Mintreng, Kecamatan Kebonagung, dekat perbatasan jalan Purwodadi-Semarang.

Warung ini disebut Warung Kamituwo karena pemiliknya Nursahid adalah kamituwo atau Kepala Dusun Mintreng. Karena kedudukannya sebagai pamong di desa, pelanggan lebih suka menyebut Warung Kamituwo ketimbang menyebut warung Bu Nursahid atau Bu Nur.

Di warung ini setiap hari selalu tersedia masakan burung sawah. Kendati warung makan ini sederhana, sajian masakan burung sawahnya mampu membuat orang jadi ketagihan.

”Iwak manuk ini gurih dan tidak bau amis. Burung belibis ini badannya saja besar tapi kalau sudah dimasak ukurannya tidak lebih dari burung dara. Jadi, minimal bisa habis dua ekor burung kalau makan di warung ini,” ujar Mintono, penggemar masakan burung dari Demak.

Warung Bu Nur barangkali salah satu dari beberapa warung sejenis yang menyediakan iwak manuk di daerah pertanian padi paling subur di daerah pantai utara Jawa bagian timur. Menurut Bu Nur, warung ini sudah dirintis ibunya, Bu Yadi, sejak 1964. Sepanjang masa itu pula, warung ini secara khusus menyediakan masakan burung, dari yang digoreng sampai yang dimasak bacem.

Masakan burung goreng disajikan di nampan, memudahkan pembeli mengambil sendiri. Tiap hari, tersedia dua nampan berisi daging burung kira-kira 15-30 ekor. Belum lagi daging burung yang dibacem dengan bumbu bisa 10-15 ekor.

Daging burung ini biasa dimakan dengan sambal terasi khas pantura dan nasi putih. Paling nikmat jika dimakan sama nasi yang masih panas dengan aroma yang menyebar bersama kepulan asap.

”Masakan burung sawah ini biasanya agak susah dicari kalau lagi musim kemarau. Sawah tidak banyak ditanami padi, burung ini juga tidak dipelihara. Ini burung liar sehingga tukang pencari burung juga kesulitan menemukan burung ini,” ujar Bu Nur.

Petani yang tak mendapat kiriman makan siang dari rumah biasanya membeli dulu nasi bungkus di Warung Kamituwo. Menu nasi bungkus itu, nasi dan lauknya daging burung berikut sambal. Harganya hanya Rp 7.000. Khusus burung belibis satu ekor Rp 10.000.

Nah kalau bepergian ke Demak atau Grobogan, saat melintas di Pasar Mintreng, jangan lupa mampir di warung iwak manuk Bu Nur. Tak usah ragu, meski warungnya sederhana, pembelinya berkelas. Beberapa mobil sering parkir di warung tersebut. Hmm lezatnya....

(Winarto Herusansono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com