Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka KRI Dewa Ruci

Kompas.com - 20/11/2010, 09:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penerbit Buku Kompas, Jumat (19/11/2010) di TB Gramedia Matraman, Jakarta, meluncurkan dan sekaligus membedah buku Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra, kisah nyata yang ditulis Cornelis Kowaas. Buku ini sebelumnya berjudul Sang Saka Melanglang Jagad dan menjadi best seller hingga tahun 1967.

Bersamaan dengan peluncuran buku, Jumat pukul 10.00 WIB, KRI Dewa Ruci yang merupakan kapal layar buatan tahun 1952 itu merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, setelah melakukan perjalanan keliling 21 negara dan menyinggahi 29 kota selama 285 hari untuk mengikuti sejumlah festival dan lomba layar.

Sejak pelayaran muhibah keliling dunianya yang pertama, KRI Dewa Ruci kerap mengundang decak kagum berbagai bangsa dan meraih berbagai penghargaan dalam aneka lomba kapal layar internasional. Terakhir, pada bulan Juli 2010, Dewa Ruci meraih tiga penghargaan dalam festival The Tall Ship Race 2010 yang berlangsung di Antwerpen, Belgia. Dalam festival yang diikuti 74 kapal layar tiang tinggi dari sejumlah negara itu, KRI Dewa Ruci terpilih sebagai kapal terbaik dalam peran parade memasuki Pelabuhan Antwerpen (The Spectacular Ship in Entering Parade to The Harbour) dan sebagai kapal yang berasal dari negara terjauh (Vessel Furthest from Home Port).

Buku tentang pelayaran pertama KRI Dewa Ruci mengelilingi dunia ini merupakan kisah lengkap tentang manusia Indonesia sebagai insan bahari. Penerbit Buku Kompas menerbitkan kembali buku kisah nyata yang ditulis Cornelis Kowaas, yang terbit pertama tahun 1965, dengan judul baru, Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra, untuk mengenang kembali suka duka KRI Dewa Ruci beserta segenap awaknya dalam pelayaran keliling dunianya yang pertama, yang bertujuan memperkenalkan eksistensi Indonesia kepada dunia internasional dan ikut mengharumkan nama bangsa ke seluruh penjuru jagat. Sebuah usaha historis yang digagas langsung oleh Presiden Sukarno.

Sempat hilang

Penulis Cornelis Kowaas mengatakan, setelah menjadi buku laris hingga tahun 1967, tiga tahun kemudian buku Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra yang dulunya berjudul Sang Saka Melanglang Jagad sempat hilang dari rak-rak toko buku tahun 1970-an.

"Tahun 1980-an mau diterbitkan ulang, tapi karena ada syarat yang berkaitan dengan urusan politik, akhirnya syarat itu saya tolak dan buku tak jadi terbit ulang. Tahun 1986 , diterbitkan lagi oleh Pustaka Sinar Harapan dengan judul baru Dewa Ruci Melanglang Buana, tapi buku tak boleh keluar gudang karena waktu itu koran Sinar Harapan dibredel," cerita Cornelis Kowaas yang kini berusia 78 tahun. Waktu jadi awak KRI Dewa Ruci, tahun 1957, usianya ketika itu 25 tahun.

"Semoga buku yang diterbitkan ulang Penerbit Buku Kompas dengan judul baru Dewa Ruci Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra dapat menggugah kembali semangat cinta Tanah Air dan semangat cinta laut wawasan bahari warisan nenek moyang, yang adalah orang-orang pelaut yang kita bangga-banggakan sejak dulu kala," katanya.

Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia Edy Prastyono yang membahas buku tersebut mengakui, alur kisah buku tersebut sangat menarik dan ditulis dalam bahasa yang sangat ringan. "Kunjungan kapal KRI Dewa Ruci merupakan diplomasi kebudayaan yang luar biasa. Bisa singgah di berbagai tempat di belahan dunia dan berintegrasi dengan masyarakat setempat," katanya.

Menurut Edy, Indonesia harus menata kembali fungsi lautnya. Jika selama ini pendidikan tidak diarahkan ke laut, maka mulai sekarang pendidikan harus diarahkan ke laut. "Kita harus belajar dari sejarah, kerajaan Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit menjadi besar karena kekuatan lautnya," katanya.

Mantan Kapten KRI Dewa Ruci angkatan ke-14, Capt Gita Ardjakusuma, mengatakan, Pak Cornelis Kowaas sangat berjasa untuk menuliskan pengalamannya. "Ketika saya menjadi kapten KRI Dewa Ruci, buku yang ditulis Pak Cornelis Kowaas jadi salah satu acuan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Nasional
Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Nasional
KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

Nasional
Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Nasional
PKB-PKS Jajaki Koalisi di Pilkada Jatim, Ada Keputusan dalam Waktu Dekat

PKB-PKS Jajaki Koalisi di Pilkada Jatim, Ada Keputusan dalam Waktu Dekat

Nasional
Amnesty Internasional: 26 Tahun Reformasi Malah Putar Balik

Amnesty Internasional: 26 Tahun Reformasi Malah Putar Balik

Nasional
Dilangsungkan di Bali, World Water Forum Ke-10 Dipuji Jadi Penyelenggaraan Terbaik Sepanjang Masa

Dilangsungkan di Bali, World Water Forum Ke-10 Dipuji Jadi Penyelenggaraan Terbaik Sepanjang Masa

Nasional
Kritik RUU Penyiaran, Usman Hamid: Negara Harusnya Jamin Pers yang Independen

Kritik RUU Penyiaran, Usman Hamid: Negara Harusnya Jamin Pers yang Independen

Nasional
Ahli Sebut Struktur Tol MBZ Sulit Diperkuat karena Material Beton Diganti Baja

Ahli Sebut Struktur Tol MBZ Sulit Diperkuat karena Material Beton Diganti Baja

Nasional
DKPP Panggil Desta soal Ketua KPU Diduga Rayu PPLN

DKPP Panggil Desta soal Ketua KPU Diduga Rayu PPLN

Nasional
Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Anggap Publikasikan Nama Calon Menteri Tidak Tepat, PAN: Tunggu Prabowo Minta Dulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com