Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Emas Halsel Kian Mengkhawatirkan

Kompas.com - 17/11/2010, 13:38 WIB

TERNATE, KOMPAS.com — Kondisi lingkungan di areal pertambangan emas Desa Anggai, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut), yang dikelola masyarakat setempat semakin mengkhawatirkan.
    
Kabid Perizinan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Halsel Rusdi Sumadayo di Ternate, Rabu (17/11/2010),  mengatakan, proses pembuangan limbah secara sembarangan dilakukan para penambang sejak 10 tahun terakhir.
     
"Air raksa dan zat kimia lain yang digunakan para penambang untuk mengelola emas, limbahnya dibuang begitu saja. Hal tersebut sudah lama terjadi semenjak tambang itu dikelola masyarakat," ujarnya.
     
Jika 10 tahun lalu status penambangan masih bersifat ilegal,  tetapi sampai sekarang ternyata hal itu masih terus berlangsung. Dia khawatir hasil pembuangan limbah tersebut akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal di dekat areal pertambangan, lebih khususnya para penambang itu sendiri.
     
Saat ini, ada sekitar 70 alat tromol yang dioperasikan para penambang untuk mengelola emas. Dalam proses pengolahan, para penambang mengunakan 10 tong zat Cianida yang kemudian dicampur dengan beberapa zat kimia lainnya. Dari hasil pengolahan tersebut kemudian menghasilkan emas.
     
Selain berbahaya, pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari bekas limbah dari sisi pendapatan asli daerah (PAD)  juga dirugikan karena selama ini hasil pengelolaan tambang tidak pernah disetor ke kas daerah, padahal penghasilan tiap bulannya per satu tromol bisa mencapai lebih dari Rp 50 juta.
   
Bayangkan saja kalau 70 tromol yang beroperasi itu, berarti pendapatan yang didapat bisa mencapai Rp 3,5 miliar per bulan. Akan tetapi, sampai sekarang tidak ada sepersen pun yang masuk di kas daerah.
     
Menurut dia, sesuai isyarat Peraturan Daerah (Perda) Nomor 01 Tahun 2006 tentang Pertambangan, itu jelas ada pajak yang harus disetor ke kas daerah sebanyak 15 persen dari hasil pendapatan, tetapi kenyataannya tidak demikian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com